Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bali Berguru ke Singapura

Kompas.com - 05/05/2011, 17:07 WIB

DENPASAR.KOMPAS.com — Masalah sampah yang tak kunjung selesai menjadi "pekerjaan rumah"  khusus bagi Pemerintah Provinsi Bali jika ingin daerah itu tetap menjadi salah satu destinasi pariwisata terbaik dunia. Tamparan telak baru diterima dari pemberitaan majalah Time, yang menyebut Bali sebagai pulau neraka dengan beragam permasalahannya, termasuk sampah.

Untuk menuntaskan permasalahan ini, Pemprov Bali berencana mencontoh Singapura dalam pengelolaan sampah."Dulu, pada tahun 1970-an Singapura mirip dengan Jakarta saat ini. Sungainya kotor, di pinggir-pinggir jalan banyak sampah. Tetapi, sekarang Singapura terbukti jadi negara yang sangat bersih," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Bali Anak Agung Gede Alit Sastrawan, di Denpasar, Kamis (5/5/2011).

Data Badan Lingkungan Hidup Bali menyebutkan, jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat di seluruh Bali rata-rata 20.000 meter kubik per hari. Dari jumlah itu, sebesar 75 persen di antaranya belum dikelola dengan baik.

"Sekitar 15.000 meter kubik sampah setiap hari tidak masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi tercecer di tempat-tempat sampah liar maupun di pinggir-pinggir jalan," kata Alit Sastrawan.

Salah satu keberhasilan Singapura dalam menertibkan masyarakat dan wisatawan untuk membuang sampah pada tempatnya adalah dengan penerapan sanksi tegas. "Bahkan, orang Indonesia yang berlibur ke sana sangat taat dengan aturan itu. Jadi, seharusnya penegakan hukum seperti di Singapura bisa juga kita terapkan di Indonesia," kata Sastrawan.

Saat ini Pemprov Bali sedang merancang peraturan daerah (perda) tentang pengelolaan sampah. Rancangan perda sudah masuk tahap pembahasan di DPRD Bali. Jika telah disyahkan, diharapkan dapat menjadi dasar hukum untuk menindak aksi membuang sampah sembarangan.

"Masyarakat awalnya memang harus dipaksa untuk patuh. Lama-lama mereka akan terbiasa untuk tidak membuang sampah sembarangan," ucap Sastrawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com