JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang yang pasti tidak lagi ingat kejadian yang terjadi pada tanggal 11 Maret, 44 tahun silam. Padahal, kejadian yang kemudian dikenal dengan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) ini merupakan salah satu tonggak sejarah penting bagi Negara dan Bangsa Indonesia.
Yayasan Kajian Citra Bangsa dan Universitas Mercu Buana merasa perlu untuk melakukan refleksi kembali atas nilai-nilai sejarah dengan keluarnya Supersemar. Oleh karena itu, Peringatan 44 Tahun Supersemar dengan tema "Refleksi Supersemar Demi Penyelamatan Pancasila dan UUD 1945" digelar di Jakarta, Kamis (11/3/2010).
Beberapa pembicara yang hadir adalah pengusaha nasional Probosoetedjo, mantan Wapres Try Sutrisno, pelaku sejarah dr Sulastomo, Sekjen PPAD Mayjen TNI (Purn) Soetoyo dan Kepala Lab Pancasila Malang Prof Dr Mohamad Noor Syam. Selain itu, beberapa tokoh masyarakat seperti Rosihan Anwar, mantan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono dan tokoh pendidikan Prof Dr Arief Rachman.
Acara yang berlangsung sejak pukul 18.00 WIB ini juga dihadiri oleh perwakilan mahasiswa dari Universitas Mercu Buana dan perwakilan pelajar dari SMA 101 Jakarta.
Sebelum dimulai temu wicara yang membaha tentang refleksi kembali supersemar, para tamu undangan disuguhi tayangan kilas balik orde baru. "Peringatan ini bertujuan untuk kembali merefleksikan Supersemar serta mendorong pemahaman tentang Supersemar kepada generasi muda. Karena sudah seharusnya sebagai universitas, kami (Universitas Mercu Buana) mengkaji ulang dan meluruskan sejarah yang kerap kali dipelintir," ujar Rektor Universitas Mercu Buana, Dr Suharyadi ketika memberikan sambutan peringatan 44 tahun Supersemar ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.