Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Menteri Lulusan Amerika Serikat

Kompas.com - 26/10/2009, 06:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com-Latar belakang pendidikan menteri, khususnya untuk bidang ekonomi, yang sebagian besar berasal dari Amerika Serikat dinilai mengkhawatirkan. Kondisi itu dinilai akan membuat kebijakan luar negeri Indonesia tidak bebas aktif, tetapi proasing, khususnya kepentingan AS.

Hal itu diungkapkan pengajar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Jakarta, Arbi Sanit, di Jakarta, Sabtu (24/10). Banyaknya menteri yang mendapat pendidikan dari AS akan membuat lobi-lobi AS di Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi, semakin mudah dan lancar.

”Persoalan lobi AS itu juga yang membuat publik memperkirakan penggantian menteri kesehatan hanya untuk melindungi lobi AS,” katanya.

Dari 34 nama menteri dan tiga pejabat setingkat menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu II yang diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 21 Oktober lalu, sebanyak 10 orang di antaranya pernah belajar di AS. Sebanyak 16 menteri merupakan alumni pendidikan dalam negeri, dua orang dari Belanda, serta masing-masing seorang dari Inggris, Perancis, Australia, dan Arab Saudi, dan lima orang sisanya adalah alumni TNI/Polri.

Arbi menambahkan, timpangnya negara asal pendidikan menteri itu bisa membuat Pemerintah Indonesia tidak dapat bersikap fair dalam menjalin diplomasi dengan negara-negara selain AS. Kondisi itu juga dapat mengganggu keseimbangan hubungan Indonesia dengan negara-negara lain, termasuk negara-negara atau kelompok yang dicap sebagai musuh AS, seperti kelompok Al Qaeda dan jaringannya.

Tak perlu khawatir

Secara terpisah, tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Salahuddin Wahid, bersikap berbeda. Menurut dia, latar belakang pendidikan para menteri yang kebanyakan berasal dari AS tidak perlu dikhawatirkan karena mereka umumnya juga mengenyam pendidikan di Indonesia.

Selama kebijakan mereka berpihak kepada kepentingan rakyat, latar belakang pendidikannya tak perlu dipersoalkan. Apalagi tanggung jawab keseluruhan jalannya pemerintahan tetap di tangan Presiden.

”Yang dibutuhkan sekarang adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus berani menolak setiap intervensi AS terhadap kebijakannya. Presiden harus memiliki sikap sendiri,” katanya.

Khusus untuk menteri bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang kebetulan banyak mengecap pendidikan di AS, Salahuddin hanya mengingatkan agar mereka tidak mengejar angka pertumbuhan ekonomi semata dan justru mengabaikan substansi pembangunan ekonomi untuk menyejahterakan rakyat. Pembangunan ekonomi harus merata dan dapat dinikmati hasilnya oleh seluruh kelompok masyarakat.(MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo Soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo Soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com