JAKARTA, KOMPAS.com — Ahli forensik dari Universitas Indonesia (UI), Dr Djaja Surya Atmadja, merasa yakin, tewasnya David Hartanto Widjaja bukan karena bunuh diri. Pasalnya, berdasarkan hasil analisis yang dilakukannya terhadap hasil otopsi David, ia menemukan bahwa luka yang terdapat pada lengan atas, bawah, dan juga tangan pada tubuh mahasiswa Nanyang Technological University (NTU) asal Indonesia itu diakibakan dari benda tajam.
Pihak Pengadilan Koroner Singapura beberapa waktu yang lalu memutuskan, penyebab kematian David adalah karena bunuh diri. Dalam pengadilan tersebut tidak pernah dibeberkan luka-luka yang dialami David. Selain itu, Pengadilan Koroner juga tidak mengizinkan dokter dari Indonesia untuk bersaksi dalam pengadilan.
Djaja juga menyimpulkan, luka dari benda tajam yang terdapat di tubuh David itu adalah luka tangkis atau luka karena melindungi diri dari serangan benda tajam. "Kesimpulan hasil analisis otopsi bahwa David diserang oleh senjata tajam dan melindungi dirinya sehingga menyebabkan luka-luka terbuka dengan tepi rata pada kedua lengan atasnya. Luka terbuka dengan tepi rata pada lengan kiri dan kanan disebabkan karena melindungi diri," kata Dr Djaja Surya Atmadja dalam jumpa pers "Menggugat Vonis Pengadilan Koroner Singapura" di Intiland Tower Wisma Dharmala, Jakarta, Senin (3/8).
Selain luka akibat benda tajam, di tubuh David juga ditemukan sejumlah luka akibat dari benda tumpul. Patahnya tulang iga David, menurutnya, karena benturan dari benda tumpul tersebut. Selain itu, pukulan benda tumpul itu juga menurutnya adalah penyebab dari robeknya ginjal yang dimiliki David. "Kalau saya duga itu (ginjal robek) akibat dari kekerasan langsung karena, kalau dipukul dari belakang, tulangnya dulu yang patah baru kena ginjal, tapi ini tulang belakangnya enggak patah, berarti ini akibat hantaman dari depan," ujarnya.
Berdasarkan hasil analisisnya itu, Djaja menyatakan bahwa tanda-tanda tersebut tidaklah sesuai dengan tanda-tanda percobaan bunuh diri dengan menggunakan senjata tajam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.