Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Demokrat dan PDI-P Bisa Membangun Pemerintahan Kuat

Kompas.com - 08/05/2009, 20:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemungkinan langkah koalisi antara Partai Demokrat dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk memenangkan pemilihan presiden dinilai positif. Menurut fungsionaris Partai Golkar Siswono Yudo Husodo, sebagai sesama partai politik yang mendapat perolehan suara besar, keduanya dapat membangun pemerintahan yang kuat jika berhasil menang.

Pernyataan itu disampaikan Siswono, Jumat (8/5), usai menjadi pembicara dalam seminar bertema Memperkuat Kembali Semangat Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam bingkai NKRI , yang digelar Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Turut hadir sebagai pembicara Ketua Umum Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI-Polri (Pepabri) Jenderal (Purn) Agum Gumelar, pengamat ekonomi Christianto Wibisono, dan Mayjen (Purn) Naryadi dari Lemhannas.

Namun begitu, menurut Siswono, keberadaan pemerintahan yang kuat masih harus diikuti dengan kehadiran pihak oposisi yang tidak kalah kuatnya serta parlemen yang bersih dan amanah.

"Idealnya memang harus seperti itu, para partai politik berperolehan suara atau jumlah kursi besar saling bergabung sementara sisanya berkoalisi membentuk oposisi yang kuat. Dalam politik tidak ada yang namanya teman atau musuh permanen. Jika semua itu sampai terjadi, saya melihatnya sebagai kemajuan luar biasa dari demokrasi kita," ujar Siswono.

Siswono juga menambahkan, jangan pernah ada anggapan hanya akan merasa terhormat jika memenangkan pemilu. Baik menjadi pemerintah maupun pihak oposisi, keduanya menurut Siswono sama-sama memiliki tempat dan peran yang terhormat. Negara demokrasi yang merugi adalah negara yang memiliki pemerintahan dan oposisi, yang sama-sama lemah atau salah satunya lebih kuat.

Kondisi kedua dapat menciptakan kondisi, baik pemerintahan yang korup atau oposisi yang terlalu dominan mengganggu pemerintahan yang terpilih. Keseimbangan lebih lanjut menurut Siswono, diperlukan untuk menjadi keberlanjutan jalannya pemerintahan hingga akhir periodenya memerintah. Akan sangat sulit dibayangkan jika suatu pemerintahan terpecah di tengah jalan atau malah di tahun-tahun awal pemerintahan itu berjalan. Kondisi macam itu akan sangat mengganggu jalannya pemerintahan yang baik.

Untuk itu Siswono mengusulkan perlunya perbaikan atas aturan serta sistem kepemerintahan dan perundang-undangan penyelenggaraan pemerintahan di masa mendatang. Sistem perpolitikan kita sekarang menghasilkan kerumitan luar biasa.

"Bayangkan, hanya sebulan sebelum pemilu legislatif wakil presiden mengumumkan akan maju mencalonkan diri jadi capres. Tapi setelah lihat hasil hitung cepat, sikapnya berubah lagi balik mendekat ke PD. Dua-tiga hari kemudian putus lagi lalu bentuk koalisi besar dengan PDI-P dan parpol lain," ujar Siswono.

Sedikit banyak kondisi seperti itu mengancam kesatuan dan keberlanjutan jalannya pemerintahan. Bisa dibayangkan, tambah Siswono, jika presiden-wakil presiden pecah lantaran salah satu mendeklarasikan akan maju dalam pemilu presiden mendatang padahal pemerintahan baru berjalan satu-dua tahun. Hal seperti itu di masa mendatang tidak boleh sampai terjadi.

Sementara itu dalam kesempatan sama, Agum Gumelar berpendapat Partai Demokrat mutlak harus berkoalisi dengan parpol lain berperolehan suara besar, baik itu dengan Partai Golkar maupun dengan PDIP. Namun, tujuannya tetap untuk menciptakan pemerintahan yang kuat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com