Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Checks and Balances" terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

Kompas.com - 25/04/2024, 23:39 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam menilai kontrol pemerintahan (checks and balances) akan sangat lemah jika PDI-Perjuangan (PDI-P) bergabung ke koalisi pemerintah di bawah Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

 

PDI-P diharapkan berada di luar pemerintahan untuk menjalankan kontrol terhadap berbagai kebijakan. 

"Persoalannya, jika PDI-P masuk, maka kekuatan oposisi (misalnya) hanya menyisakan PKS. Dan itu berdampak kepada lemahnya sistem checks and balances," ujar Khoirul Umam saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (25/4/2024).

Baca juga: Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Umam juga menjelaskan, hingga saat ini setidaknya hanya PDI-P dan PKS yang belum membuka pintu komunikasi dengan koalisi Prabowo-Gibran.

Ia pun memprediksi jika nantinya PKS dan PDI-P menjadi kekuatan oposisi, maka hal itu akan menguntungkan pemerintahan Prabowo-Gibran.

Penyebabnya karena dua parpol tersebut punya basis ideologi yang bertolak belakang.

"Kedua partai itu memang berpeluang bisa memainkan peran kritis dalam konteks kebijakan publik," kata Umam.


"Namun akan kesulitan untuk membangun gerakan politik oposisional yang solid dan memadai karena ada akar faksinalisme akut akibat perbedaan ideologi," jelasnya.

Di sisi lain, Umam juga mengungkapkan, kemungkinan koalisi Prabowo-Gibran mengajak PDI-P bergabung masih sangat terbuka.

Ia menilai jika PDI-P bergabung akan dapat menguntungkan koalisi Prabowo-Gibran ke depannya. Utamanya dari sisi kekuatan di parlemen.

"Kemungkinan menggandeng PDI-P masih sangat terbuka. Sebab, jika Prabowo bisa mengajak PDI-P masuk ke pemerintahan, praktis akan menambah 109 kursi dukungan parlemen," ujarnya.

Baca juga: Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

"Dan kekuatan PDI-P itu bisa menjadi alat untuk menetralisir kekuatan Golkar yang seringkali bermanuver liar karena merasa memiliki kekuatan terbesar di dalam koalisi. Sebagaimana yang dilakukan Golkar di periode pertama pemerintahan Presiden SBY dulu," jelas Khoirul Umam.

Selain itu, saat ini tidak ada persoalan berarti antara Prabowo Subianto sebagai pemenang Pilpres 2024 dengan Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri.

Hanya saja, PDI-P dan Megawati punya kendala dengan Presiden Joko Widodo.

"Kendala utamanya terletak pada hubungan Mega dan PDI-P dengan Jokowi yang dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tragedi "banteng ketaton" atau banteng yang terluka dalam dinamika dan kontestasi Pilpres 2024," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com