JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu faktor yang diduga menyebabkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terlempar dari parlemen menurut hasil pemilihan umum (Pemilu) 2024 adalah akibat kebijakan elite tidak sejalan dengan kehendak kader dan simpatisan pada tingkat akar rumput.
"Secara elektoral, PPP meniadakan aspirasi grass root yang lebih menghendaki mendukung Anies atau Prabowo," kata Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro saat dihubungi pada Kamis (21/3/2024).
Alhasil, kata Agung, ketika para elite pada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP memutuskan mengusung pasangan calon presiden-calon wakil presiden (Capres-Cawapres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD justru berdampak negatif terhadap perolehan suara partai pada pemilihan legislatif.
"Sehingga saat PPP memilih Ganjar, maka coat tail effect (efek ekor jas) jadi tak mengalir," ucap Agung.
Baca juga: Tak Lolos Parlemen, PPP Bakal Ajukan Gugatan ke MK
Mulanya keputusan PPP merapat ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) diharapkan bisa mengulang romantika politik pada Pemilu 1997 silam.
Pada saat itu faksi pendukung Megawati Soekarnoputri di Partai Demokrasi Indonesia (PDI) mengalihkan dukungan politik dan suara ke PPP akibat tekanan politik pemerintahan Orde Baru.
Alhasil saat itu muncul istilah koalisi "Mega Bintang" karena PPP pada saat itu masih menggunakan lambang lama yakni bintang.
Baca juga: Tak Lolos Parlemen di Pileg 2024, PPP: Kami Terkejut, Berbeda dengan Data Internal
Meski tidak memenangkan Pemilu 1997, tetapi PPP ketika itu memperoleh limpahan suara cukup signifikan akibat manuver politik Megawati.
Akan tetapi saat ini PPP dalam kondisi terpuruk setelah gagal melewati ambang batas parlemen (parpol) sebesar 4 persen, yang ditetapkan kepada seluruh partai politik peserta Pemilu 2024.
Menurut hasil penghitungan akhir Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diumumkan pada Rabu (20/3/2024), PPP memperoleh suara 5.878.777 atau setara 3,8 persen suara sah nasional.
Dengan hasil itu maka untuk pertama kalinya PPP terlempar dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Baca juga: Hasil Pemilu 2024: PPP Gagal Masuk DPR, Cuma Raih 3,87 Persen Suara Sah
PPP merupakan salah satu partai politik dari era pemerintahan Orde Baru, selain Partai Golkar serta PDI-P yang merupakan transformasi dari PDI, yang masih berlaga di Pemilu.
Bergabungnya Sandiaga Uno yang hengkang dari Partai Gerindra dan ditempatkan sebagai Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) ternyata belum berdampak signifikan terhadap perolehan suara partai.
Prediksi PPP tidak lolos ke parlemen pada Pemilu 2024 sudah diprediksi jauh-jauh hari melalui hasil jajak pendapat sejumlah lembaga survei.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.