PEMILU Indonesia 2024 telah berlalu, meninggalkan jejak dan cerita yang beragam di berbagai lapisan masyarakat.
Namun situasinya masih tak jauh beda dengan Pemilu 2019, di mana Jokowi selaku petahana, menang telak untuk kedua kali menghadapi Prabowo Subianto—yang dengan gegap gempita bersama pendukungnya, menolak hasil Pemilu karena dinilai curang.
Kini kondisi tersebut berbalik. Prabowo keluar sebagai pemenang dan digugat dua kubu lawannya.
Apakah sang presiden terpilih akan mulus melangkah hingga ke Istana Merdeka atau sebaliknya? Sejauh ini kita masih menunggu bandul takdir akan berpihak pada siapa.
Sebagai salah satu negara demokratis terbesar di dunia, pemilu di Indonesia bukan hanya merupakan proses politik, tetapi juga cerminan dari dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang melingkupi bangsa ini.
Kita, warga negara Indonesia tercinta yang turut menyaksikan dan merasakan proses tersebut, seharusnya bisa mendapatkan refleksi dari pesta akbar lima tahunan itu.
Pertama, semangat keikutsertaan yang tinggi. Pemilu 2024 menyaksikan partisipasi aktif dari masyarakat Indonesia, baik dari kalangan muda maupun tua. Tingginya tingkat partisipasi ini menunjukkan kedewasaan politik masyarakat dan kepercayaan yang kuat terhadap proses demokrasi.
Kedua, tantangan dalam menghadapi polarisasi politik. Pemilu 2024 juga memperlihatkan polarisasi politik yang semakin meningkat di Indonesia.
Perbedaan pandangan politik dan adicita, seringkali menjadi pemicu ketegangan di antara kelompok-kelompok masyarakat. Hal ini menunjukkan perlunya upaya yang lebih besar dalam membangun dialog positif dan menghargai perbedaan pendapat sebagai bagian dari keberagaman demokrasi.
Salah satu contoh konkret dari tantangan polarisasi politik yang dihadapi dalam pemilu 2024 adalah ketegangan antara pendukung berbagai calon presiden.
Kecenderungan ini semakin memengaruhi persepsi masyarakat terhadap kandidat dan partai politik, dengan sebagian besar responden condong memilih berdasarkan afiliasi politik daripada substansi program dan visi calon.
Selain itu, polarisasi politik juga tercermin dalam penyebaran informasi yang tendensius dan berpotensi memicu ketegangan.
Selama kampanye pemilu, banyak konten di media sosial yang bersifat memojokkan dan menyerang lawan politik, tanpa memperhatikan fakta atau kebenaran informasi yang disampaikan.
Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi diskusi publik dan menyulitkan masyarakat untuk membuat keputusan politik yang berdasarkan informasi akurat dan obyektif.
Data dari lembaga riset independen juga menunjukkan bahwa polarisasi politik dapat berdampak negatif pada stabilitas politik dan kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi.
Semakin tinggi polarisasi politik dapat mengakibatkan pengerahan massa dalam bentuk unjuk rasa atau protes, yang pada gilirannya dapat mengganggu ketertiban umum dan stabilitas politik.
Selain itu, polarisasi politik juga dapat menyebabkan keraguan terhadap integritas pemilu dan lembaga pemilihan, yang berpotensi merusak legitimasi pemerintahan terpilih dan mengganggu proses demokrasi.
Ketiga, transparansi dan integritas dalam proses pemilu. Meskipun banyak kemajuan telah dicapai dalam meningkatkan transparansi dan integritas proses pemilu, masih terdapat tantangan dalam menangani isu-isu seperti politik uang, kecurangan, dan manipulasi informasi.
Kepercayaan masyarakat terhadap integritas proses pemilu, menjadi kunci untuk memastikan legitimasi pemerintahan terpilih—dan kerja besar mereka selama lima tahun mendatang.
Keempat, pentingnya kepemimpinan inklusif dan bertanggungjawab. Pemilu tidak hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang memilih pemimpin yang mampu mewakili kepentingan seluruh rakyat Indonesia, tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan.
Kepemimpinan inklusif dan bertanggungjawab adalah kunci untuk memperkuat persatuan dan menanggapi kebutuhan serta aspirasi masyarakat secara adil.
Bagi seluruh pihak, baik itu Pemerintah, partai politik, maupun masyarakat sipil, harus mau belajar bersama dari pengalaman Pemilu 2024 dan terus berupaya memperbaiki proses demokrasi pada masa mendatang.
Hanya dengan komitmen bersama untuk menjaga integritas, inklusivitas, dan partisipasi yang sehat, Indonesia dapat terus melangkah maju sebagai negara demokratis yang kuat dan berdaulat di kancah global.