DEBAT capres dan cawapres dalam rangka Pilpres 2024 selalu menghadirkan kejutan. Termasuk debat capres pada Minggu (4/3/2024) yang mengambil tema: Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.
Bedanya dengan debat-debat sebelumnya, kejutan dalam debat capres terakhir ini bersifat terbalik, dalam arti menjungkirbalikkan ekspektasi.
Banyak pihak yang memprediksi –dan sebenarnya mengharapkan– debat capres terakhir ini adalah klimaks, di mana kritik-kritik pedas dan keras dilayangkan dan bom-bom serangan dilontarkan.
Namun yang terjadi adalah debat capres yang anti-klimaks. Baik Anies, Prabowo maupun Ganjar cenderung ‘main aman’ dan normatif.
Debat lebih banyak didominasi dengan kata ‘setuju’, ‘sepakat’, ‘bagus’ dan ‘meneruskan’. Tidak ada ‘serangan’ berarti. Jikapun ada, sekadar tipis-tipis saja untuk sekadar menjadi pembeda dengan capres yang lain.
Sikap ‘main aman’ dan normatif ketiga capres tersebut dapat dipahami dalam konteks elektoral. Berdasarkan survei nasional Indikator Politik Indonesia pada 10-16 Januari 2024, mayoritas publik tidak setuju dengan debat capres/cawapres yang saling menyerang lawan debat, yakni sebanyak 57,6 persen.
Survei ini dilakukan pascadebat ketiga pada 7 Januari 2024, di mana Prabowo Subianto terpojok oleh kritik keras Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Dalam bahasa netizen, Prabowo ‘dirujak’ oleh kedua capres lainnya.
Dengan kata lain, Prabowo dipermalukan di depan publik. Sehingga, timbul empati dan belas kasihan publik kepada Prabowo. Empati dan belas kasihan publik ini timbul karena budaya untuk tidak mempermalukan seseorang di depan banyak orang.
Dengan berkaca pada dampak debat ketiga tersebut, pada debat pamungkas ini, semua capres mengikuti selera pasar: tidak saling serang lawan debat, apalagi sampai menjatuhkan dan mempermalukan lawan debat.
Lalu bagaimana dengan substansi debat terakhir ini?
Secara substansi, persona masing-masing capres masih konsisten. Anies dengan perubahannya, Prabowo dengan keberlanjutannya dan Ganjar dengan kebimbangannya antara perubahan dan keberlanjutan.
Prabowo yang memperoleh giliran presentasi pertama memaparkan proyek-proyek strategis di bawah payung gagasan Strategi Transformasi Bangsa. Prabowo menekankan pada program makan gratis untuk mengatasi persoalan stunting dan tingginya angka kematian ibu hamil.
Menurut Prabowo, program makan gratis memiliki multiplayer effect, termasuk pertumbuhan ekonomi di angka 1-1,5 persen.
Di bidang kesehatan, Prabowo ingin membangun rumah sakit modern di tiap kabupaten/kota dan puskesmas modern di tiap desa serta menambah jumlah fakultas kedokteran untuk meningkatkan jumlah dokter.
Dii bidang pendidikan, program populis Prabowo adalah pemberian beasiswa ke luar negeri untuk bidang studi prioritas Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM).