AGUSTUS tahun lalu, dunia dihebohkan aksi gila pembunuh bayaran yang menembak Fernando Villavicencio di Kota Quito selepas kampanye sebagai calon presiden Ekuador.
Walaupun masih diselidiki, banyak pihak mengaitkannya dengan kebangkitan geng-geng narkoba yang sedang naik daun di Ekuador.
Villavicencio dikenal sebagai aktivis antikorupsi, termasuk antiberbagai suap yang kerap dilakukan anggota kartel terhadap penegak hukum dan pegawai pemerintah.
Villavicencio dianggap sebagai ancaman karena rekam jejaknya yang berani terhadap siapapun.
Kematian Villavicencio tidak membuat pemilu batal. Presiden terpilih adalah Noboa. Dia juga bersikap keras atas kejahatan kartel di negaranya.
Noboa menyalahkan mantan Presiden Rafael Correa yang pada kepemimpinannya dianggap gagal menahan laju perkembangan pesat kartel narkoba.
Pendahulunya Noboa, Guillermo Lasso, yang menjadi presiden pasca-Rafael Correa juga tidak berhasil menahan laju kekuatan kartel yang sudah keburu kuat.
Ekuador yang notabene produsen minyak telah gagal mengantisipasi situasi ekonomi dunia sejak 2014 karena guncangan minyak dunia.
Turunnya harga minyak membuat keseimbangan fiskal terganggu karena penerimaan berkurang secara drastis. Situasi semakin memburuk ketika pandemi covid-19 menimpa dunia.
Situasi-situasi tersebut membuat kartel berkembang dan melampaui batas. Bayangkan, belasan orang bersenjata pistol dan sesuatu yang tampak seperti dinamit memasuki area siaran langsung jaringan televisi TC di kota pelabuhan Guayaquil.
Aksi geng narkoba tersebut adalah respons atas sikap tegas pemerintah yang memuat daftar 22 geng narkoba sebagai organisasi teroris dan menjadi target militer.
Pemuatan daftar geng narkoba tersebut juga memicu kerusuhan di lapas Riobamba. Pelaku utamanya adalah geng narkoba Los Choneris pimpinan Fabricio Colon Pico.
Selama dua hari lapas tersebut sempat dikuasai para narapidana, sipir menjadi sandera.
Pico dianggap terlibat dalam rencana penyerangan terhadap jaksa agung. Tidak lama setelahnya, lima rumah sakit juga menjadi sasaran pengambilalihan oleh anggota geng narkoba.
Bahkan, belakangan, Jaksa Ekuador anti-kartel narkoba Cesar Suarez tewas ditembak ketika sedang menyelidiki kasus teror geng narkoba di stasiun TV.