JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Survei dan Konsultan Indopol menemukan fenomena kemunculan undecided voters atau pemilih bimbang yang tinggi menjelang hari pencoblosan pemilihan umum (pemilu) pada 14 Februari 2024.
Indopol menangkap fenomena ini ketika melaksanakan survei pada 8-15 Januari 2024 dengan melibatkan 1.240 responden sebagai pemilih di 38 provinsi. Margin of error dalam penelitian ini lebih kurang pada angka 2,85 persen.
Direktur Eksekutif Indopol Ratno Sulistiyanto mengungkapkan, tingginya pemilih bimbang terjadi di Jawa Timur, khususnya wilayah yang menjadi lumbung suara PDI Perjuangan (PDI-P) maupun calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo.
"Temuan lembaga survei kami, di Jawa Timur khususnya ada wilayah-wilayah basis pemilih PDI-P, basis pemilih Ganjar, khususnya di daerah Mataraman," kata Ratno dikutip dari Youtube IDC Media, Rabu (24/1/2024).
Baca juga: Muncul Anomali Pemilih Bimbang, Indopol Tak Rilis Elektabilitas Capres-Cawapres
Dari temuan Indopol di basis partai banteng di Jawa Timur, tingkat pemilih bimbang bervariasi namun terbilang tinggi.
Wilayah tersebut meliputi, Blitar (85 persen), Kediri (40 persen), Kota Madiun (43,3 persen), Pacitan (24 persen), Kota Malang (22,9 persen), Kota Batu (32,5 persen), Mojokerto (55 persen), Jombang (67,5 persen), Bondowoso (70 persen), dan Probolinggo (43,8 persen).
Secara umum dengan tidak hanya mengacu wilayah basis PDI-P tersebut, Indopol telah menemukan sejumlah faktor yang menyebabkan pemilih bimbang tinggi.
Faktor pertama, sebanyak 56,49 persen responden menyatakan pasangan capres dan cawapres lain lebih memiliki visi dan misi yang jelas dalam membangun bangsa ini.
Faktor kedua, pasangan capres-cawapres tampil cukup baik dalam tiga kali debat. Faktor ini mencapai angka 18,6 persen.
Baca juga: Jokowi dan Presiden Tanzania Tanam Pohon Perdamaian di Istana Bogor
Faktor ketiga, sebanyak 7,02 persen responden menyatakan bahwa sosok yang menjadi panutan itu juga mengubah pilihan. Sosok panutan tersebut meliputi ulama, pimpinan partai politik hingga orang tua.
Faktor keempat, 4,2 persen responden mengaku karena diberi uang dan barang semacam sembako oleh capres-cawapres lain atau tim suksesnya.
Faktornya berikutnya, karena melihat rilis hasil survei dari lembaga survei sebanyak 1,05 persen.
Baca juga: Anies Kampanye Akbar di Padang dan Palembang Hari Ini, Cak Imin di Jawa Timur
Selain itu, anomali pemilih bimbang juga disebabkan karena faktor bantuan sosial dari pemerintah dan adanya intervensi dari pihak aparat.
Ratno mengatakan, responden yang menyatakan diberi bantuan sosial berkisar 1,05 persen. Sedangkan responden yang mengaku ditekan aparat Polisi dan pejabat pemerintahan mencapai 0,35 persen.
Dalam pelaksanannya, peneliti Indopol ketika melakukan riset di lapangan ternyata menghadapi kendala seperti penolakan. Penolakan terjadi di tiga provinsi, yakni Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten.