Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof Dr H Syarif, S.Ag., MA
Rektor

Rektor IAIN Pontianak

Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi

Kompas.com - 08/01/2024, 18:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA Negara majemuk. Berbagai aspek kemajemukan bangsa Indonesia adalah keniscayaan dan sunatullah yang harus diterima.

Secara geografis, bangsa Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.001.

Pada ribuan pulau tersebut dihuni kurang lebih 273,87 juta jiwa penduduk Indonesia. Sebanyak 238,09 juta jiwa atau sekitar 86,93 persen di antaranya menganut agama Islam; 20,45 juta jiwa (7,47 persen) memeluk agama Kristen; 8,43 juta jiwa (3,08 persen) beragama Katolik, 4,67 juta jiwa (1,71 persen) beragama Hindu; 2,03 juta jiwa (0,74 persen) beragama Buddha; 73.630 jiwa (0,03 persen) memeluk agama Konghucu, serta 126.510 jiwa (0,05 persen) menganut aliran kepercayaan.

Kemajemukan bangsa Indonesia terlihat dari suku bangsa di dalamnya. Berdasarkan data BPS, Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa.

Kemudian tidak kurang 652 bahasa daerah di Indonesia, tidak termasuk dialek dan sub-dialeknya.

Sebagian bahasa daerah tersebut tentu juga memiliki jenis aksaranya sendiri, seperti Jawa, Sunda, Jawa Kuno, Sunda Kuno, Pegon, Arab-Melayuatau Jawi, Bugis-Makassar, Lampung, dan lainnya.

Sebagian aksara tersebut digunakan oleh lebih dari satu bahasa berbeda, seperti aksara Jawi yang juga digunakan untuk menuliskan bahasa Aceh, Melayu, Minangkabau, dan Wolio.

Kondisi geografis yang strategis membuat negara ini menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Tidak hanya terkait aktifitas perdagangan saja, namun berpengaruh pada silang kebudayaan.

Selain itu, ribuan pulau yang terpisah-pisah menjadikan masyarakat mengembangkan budayanya masing-masing. Kondisi alam juga turut memengaruhi terbentuknya kebudayaan dalam masyarakat, pakaian, kesenian, makanan, bentuk rumah, dan mata pencaharian.

Masyarakat juga adaptif terhadap hal-hal baru, termasuk budaya luar turut memengaruhi keberagamaan masyarakat Indonesia.

Di satu sisi kemajemukan Indonesia merupakan khazanah dan kekayaan bangsa, tetapi di sisi lain menjadi tantangan yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya.

Jika tidak bisa mengelolanya dengan baik, maka potensial menjadi ancaman disintegrasi bangsa. Oleh karena itu, perlu upaya serius dari semua anak bangsa untuk berperan serta menjaga keutuhan dan persatuan bangsa.

Indonesia bukan negara agama

Dalam rangka merekat keberagamaan tersebut, Indonesia memiliki Pancasila sebagai falsafah negara.

Indonesia adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini diartikan sebagai pengakuan terhadap keberagaman agama tanpa mengutamakan satu agama tertentu.

Indonesia bukan negara agama tunggal, bukan pula negara yang didirikan berdasarkan agama tertentu. Kebebasan beragama dalam menjalankan perintah agama menurut keyakinan penganutnya dilindungi undang-undang (Pasal 29 UUD 1945).

Sejarah pembentukan bangsa Indonesia tidak didasarkan pada satu agama tertentu. Pembentukan negara Indonesia adalah hasil perjuangan kolektif semua anak bangsa berasal dari perjuangan melawan kolonialisme.

Proses ini melibatkan berbagai kelompok etnis dan agama untuk mencapai kemerdekaan. Artinya Indonesia adalah milik kita semua, milik semua agama dan suku bangsa yang terdapat di Indonesia.

Tanggal 28 Oktober 1928, pemuda-pemudi Indonesia menyelenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta dan mengucapkan Sumpah Pemuda.

Sumpah ini menegaskan persatuan Indonesia dalam satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air, tanpa memandang perbedaan suku, agama, atau ras.

Setelah Perang Dunia II, Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, yang kemudian diakui oleh sejumlah negara.

Meskipun Belanda mencoba mengembalikan kendali, perjuangan rakyat Indonesia melalui perang kemerdekaan berhasil meraih pengakuan internasional dan mengukuhkan kemerdekaan Indonesia.

Founding fathers merumuskan dasar negara melalui proses panjang. Dasar negara yang kemudian diresmikan dengan nama Pancasila, pertama kali diutarakan oleh Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam rangkaian sidang pertama BPUPKI.

Dalam proses perumusannya, lima asas yang terkandung dalam Pancasila mengalami pengembangan dan penyempurnaan sehingga menjadi dasar negara yang dikenal saat ini.

Perumusan dasar negara harus menghadapi beragam hal yang kompleks dan rumit. Namun, para pendiri negara tetap gigih merumuskan dasar negara untuk dapat mencapai berbagai kemajukan sehingga menjadi satu, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berbagai pendapat dan usulan mengenai dasar negara telah tuntas dibahas oleh para pendiri bangsa. Mereka sepakat dasar negara bukan berdasarkan agama tertentu.

Bahkan pada 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan dasar negara yang disebut Piagam Jakarta. Awalnya sila ke satu dari Pancasila adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya”, kemudian berubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” hingga saat ini.

Tentu hal ini merupakan bentuk sikap toleransi sangat tinggi yang telah diperlihatkan oleh para pendiri bangsa.

Kita bisa membayangkan, jika para founding fathers bersikap tidak toleran, masing-masing menuruti egosentris, maka boleh jadi kita tidak dapat menyaksikan Indonesia seperti hari ini.

Kita bisa melihat bahwa Pancasila diinterpretasikan secara inklusif dan menghormati keberagaman agama.

Jadi, sejarah pembentukan bangsa Indonesia menunjukkan persatuan dibangun di atas dasar nasionalisme, perjuangan melawan penjajahan, dan semangat menciptakan negara yang adil dan merdeka tanpa memandang perbedaan agama tertentu.

Moderasi beragama

Sebagai upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, salah satu ikatannya adalah mendorong pengarusutamaan gagasan modersi beragama. Dalam buku Moderasi Kementerian Agama (2019) disebutkan bahwa Moderasi adalah jalan tengah. Moderasi bermakna "sesuatu yang terbaik".

Sesuatu yang ada di tengah biasanya berada di antara dua hal buruk. Contohnya adalah keberanian. Sifat berani dianggap baik karena ia berada di antara sifat ceroboh dan sifat takut. Sifat dermawan juga baik karena ia berada di antara sifat boros dan sifat kikir.

Secara bahasa moderasi memiliki arti sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan. Dalam Mu’jam Maqayis, Ibnu Faris menyampaikan yang dimaksud dengan wasatiyah itu merupakan susuatu yang menunjukan pada keadilan dan tengah-tengah.

Pakar bahasa Raghib Al-Asfahani mengatakan, wasatiyah yang berasal dari kata wasat, yakni sesuatu yang berada di antara dua ekstremitas, sementara yang berasal dari awsat memiliki arti titik tengah.

Kata “moderasi” memiliki korelasi dengan beberapa istilah. Dalam bahasa Inggris, kata “moderasi” berasal dari kata moderation, yang berarti sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan.

Juga terdapat kata moderator, yang berarti ketua (of meeting), pelerai, penengah (of dispute).

Kata moderation berasal dari bahasa Latin moderatio, yang berarti ke-sedang-an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Surya Paloh Pamer Nasdem Bisa Dukung Anies, tapi Tetap Berada di Pemerintahan Jokowi

Surya Paloh Pamer Nasdem Bisa Dukung Anies, tapi Tetap Berada di Pemerintahan Jokowi

Nasional
Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Lagi Hari Ini

Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Lagi Hari Ini

Nasional
Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

Nasional
Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

Nasional
Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

Nasional
Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

Nasional
Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

Nasional
Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

Nasional
Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Nasional
Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Nasional
Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Nasional
PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

Nasional
Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Nasional
Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com