Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Selain Stunting, Kepala BKKBN Dorong Penyuluh Keluarga Berencana Peduli Kesehatan Jiwa

Kompas.com - 20/12/2023, 10:59 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo mendorong para Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) untuk memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan jiwa.

Menurutnya, jumlah penderita mental emotional disorder atau gangguan emosi mental di Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan.

"Tantangan kita saat ini, di balik penurunan stunting, ternyata terjadi peningkatan kasus gangguan emosi mental. Oleh karena itu, pekerjaan rumah (PR) kita tidak hanya terbatas pada upaya menurunkan stunting, tetapi juga pada peningkatan kesehatan jiwa. Jika jiwa sehat, raganya juga sehat,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (19/12/2023).

Pernyataan tersebut disampaikan dr Hasto dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Pengelola Program Bangga Kencana bersama Mitra Kerja dalam rangka Percepatan Penurunan Stunting di tingkat Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), di Hotel Clarion, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (18/12/2023).

Baca juga: 4 Cara Menjaga Kesehatan Jiwa

Untuk itu, ia mendorong para PKB memperhatikan kesehatan jiwa dan memberikan penyuluhan tentang kesehatan jiwa kepada keluarga-keluarga. Hal ini dianggap sebagai bagian dari upaya membangun kualitas sumber daya manusia (SDM).

dr Hasto mengungkapkan bahwa kasus gangguan emosi mental mengalami peningkatan. Pada 2013, kasus gangguan emosi mental hanya sekitar 6 persen. Namun, pada 2018, angkanya telah meningkat menjadi 9,8 persen, sehingga banyak anak yang mengalami ketidakseimbangan mental.

dr Hasto menegaskan perlunya perhatian khusus terhadap penanganan gangguan emosi mental.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan gangguan emosi mental sebagai ketidakseimbangan pribadi secara klinis, yang melibatkan gangguan pengaturan emosi dan perilaku.

Baca juga: Fungsi Batang Otak dan Kondisi Klinis yang Memengaruhinya

Biasanya, kondisi tersebut dikaitkan dengan tekanan kepribadian. WHO juga mencatat bahwa pada 2019, satu dari delapan orang atau sekitar 970 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental.

Dalam kesempatan tersebut, dr Hasto menyampaikan bahwa PKB sebagai pelayan masyarakat harus memiliki jiwa kepemimpinan, yang mencakup sifat visioner, ikhlas, dan hidup sederhana.

Ia merujuk pada teori filsuf Aristoteles yang menyebutkan tiga pilar komunikasi publik, yaitu etika, logika, dan empati.

"PKB harus menjadi teladan, dalam penyuluhan kita harus memiliki empati. Duduk sama tinggi berdiri sama rendah, kita harus bisa memahami dengan siapa kita berkomunikasi," ujar dr Hasto.

Baca juga: Voyager 1, Wahana Antariksa Tertua Berhenti Berkomunikasi dengan Bumi

Ia berharap agar para PKB dapat menjadi pelayan sejati, yaitu hamba Tuhan yang rela menempatkan diri di posisi yang rendah, dan mampu bertahan dalam situasi sulit untuk melayani orang lain.

Menurut dr Hasto, visi bersama harus dibangun untuk membentuk tim yang kuat.

"Visi yang sama dan rasa kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama merupakan hal yang krusial. Bekerja dalam tim dapat mencapai lebih banyak pencapaian daripada bekerja secara individu," ucapnya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com