Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
SOROT POLITIK

Tema Debat Dinilai Terlalu Banyak, Fahira Idris Minta Capres-Cawapres Beri Jawaban Konkret

Kompas.com - 12/12/2023, 14:25 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta Fahira Idris menyarankan agar Debat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 digelar dengan lebih menarik dan berbobot.

Dia mengatakan, salah satu faktor yang berpotensi membuat perdebatan antar-calon presiden (capres) dan wakil presiden (wapres) tidak mendalam adalah banyaknya tema dalam satu serial debat atau sama seperti debat-debat pilpres sebelumnya.

Dia mencontohkan, pada debat perdana antarcapres, ketiga capres diharuskan adu gagasan untuk tujuh tema utama, yaitu pemerintahan, hukum, hak asasi manusia (HAM), pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga dalam waktu kurang dari 120 menit.

“Meskipun tema yang menumpuk ini punya keterkaitan satu sama lain, tetapi belajar dari pengalaman debat pemilu-pemilu sebelumnya, akibat banyaknya tema yang harus dibahas dengan waktu yang sangat terbatas, capres terjebak dalam narasi yang mengawang-ngawang,” katanya dalam siaran pers, Selasa (12/12/2023). 

Oleh karena itu, dia meminta para capres mampu menyampaikan gagasan konkret serta menyentuh langsung ke inti persoalan dan disesuaikan dengan isu kekinian. 

Baca juga: Ingin Debat Capres Berbobot, Fahira Idris: Mulai dengan Perbedaan Pendapat Antarpaslon

Fahira mengatakan, jika rangkaian Debat Pilpres 2024 digelar secara berbobot dan menarik, baik dari sisi substansi maupun teknis, dampak yang diberikan akan besar dalam meningkatkan kualitas Pemilu 2024. 

Dia juga menilai, hal tersebut akan menguntungkan bagi penyelenggara pemilu, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Sebab, rangkaian Debat Pilpres 2024 sejatinya adalah sosialisasi paling masif, efektif, dan efisien untuk meningkatkan tingkat partisipasi pemilih.

Ia mengeaskan, meski banyak pihak menyangsikan rangkaian Debat Pilpres 2024, acara ini akan tetap menarik, baik dari sisi substansi, seperti ketajaman pertanyaan dan jawaban capres, maupun teknis, seperti kemasan, dinamika, ritme, dan porsi debat. 

Selain itu, rangkaian debat Pilpres 2024 ini juga akan memberi dampak besar bagi semua pasangan calon (paslon), terutama untuk meningkatkan elektabilitas masing-masing.

Baca juga: Tak Setuju RUU DKJ, Fahira Idris: Gubernur Jakarta Harus Dipilih Langsung oleh Rakyat

Fahira menjelaskan, paslon dapat panggung debat dengan baik untuk memaparkan gagasan-gagasan mereka serta mampu menyuarakan keresahan publik sekaligus memberikan solusinya.

Menurutnya, paslon yang mampu melakukan itu dengan baik mempunyai potensi mendapatkan limpahan suara, terutama dari pemilih yang hingga saat ini belum menentukan pilihannya.

Di sisi lain, Fahira menyebutkan, rangkaian debat capres-cawapres tetap penting untuk disaksikan seluruh rakyat Indonesia.

“Sementara bagi rakyat Indonesia, terutama pemilih, rangkaian debat Pilpres 2024 adalah referensi utama untuk melihat paslon mana yang benar-benar memahami persoalan bangsa dan persoalan rakyat sehari-hari,” terangnya. 

Fahira mengatakan, rangkaian debat Pilpres 2024 adalah momentum yang paling tepat dan faktual bagi masyarakat Indonesiauntuk merenungkan pilihan sebelum pergi ke tempat pemungutan suara (TPS) dan masuk ke bilik suara. 

Baca juga: Fahira Idris Jadi Bakal Calon Anggota DPD Pertama yang Daftar ke KPU DKI

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com