JAKARTA, KOMPAS.com - Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kriteria bakal calon presiden yang patut dipilih pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 menjadi sorotan pembaca pada Sabtu (7/10/2023) kemarin.
Menurut Jokowi, salah satu kriteria capres yang patut dipilih pada Pilpres 2024 mendatang adalah pemimpin yang mempunyai nyali.
Tanggapan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terhadap laporan situasi hak asasi manusia (HAM) yang dirilis Amerika Serikat berada pada posisi kedua berita terpopuler.
Baca juga: Prabowo Tampung Masukan Relawan Jokowi Buat Gandeng Gibran, Bakal Dibahas di Koalisi
Presiden Joko Widodo menganggap para relawannya sudah paham soal karakteristik presiden mendatang yang menurutnya diperlukan Indonesia.
Hal ini ia sampaikan ketika berpidato di dalam acara Konsolidasi Nasional Jaringan Relawan Alap-Alap yang diklaim menghadirkan 16.000 orang di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (7/10/2023) pagi.
"Saya melihat Bapak/Ibu semuanya sudah pintar-pintar, jadi saya tidak usah menyampaikan di forum ini," kata Jokowi disusul tempik-sorak para relawan.
"Tidak perlu saya sampaikan tapi Bapak/Ibu semuanya sudah ngerti dan sudah tahu. Karena negara ini negara demokrasi. Kedaulatan itu ada di tangan rakyat," tambahnya.
Baca juga: Jokowi: Dibutuhkan Pemimpin yang Bernyali Tinggi, yang Berani Ambil Risiko...
Jokowi menjelaskan bahwa para relawan harus menatap masa depan Indonesia dengan optimisme.
Sebab, sejumlah lembaga dunia memperkirakan Indonesia bisa menjadi negara maju dalam 20-25 tahun ke depan.
Jokowi menyinggung, presiden yang akan memimpin Indonesia pada 2024-2029, 2029-2034, sampai 2034-2039 akan berperan krusial.
Ia meminta relawan untuk berhati-hati memilih pemimpin karena dunia sedang tidak baik-baik saja.
"Itu sangat menjadi krusial dan kunci negara ini bisa melompat maju atau tidak," ucap Jokowi.
Baca juga: Jokowi: Saya Wanti-wanti, Jangan Terpecah-belah karena Beda Pilihan
"Tantangan ke depan itu bukan semakin ringan tapi semakin berat. Dunia sedang tidak baik-baik saja, ada perang, perubahan iklim, krisis pangan, dibutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian. Dibutuhkan pemimpin yang memiliki nyali. Jangan digertak negara lain sudah langsung ciut," kata Jokowi.
Ia menjadikan sikapnya sebagai contoh, ketika Indonesia bergeming menghadapi gugatan Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) karena melarang ekspor bijih nikel. Presiden masa depan, ujar Jokowi, tidak boleh grogi menghadapi gugatan semacam itu.
"Tidak boleh negara sebesar indonesia memiliki pemimpin yang gampang ciut nyalinya digertak negara sebesar apa pun," kata Jokowi.
Baca juga: Jokowi: Hati-hati Pilih Pemimpin pada 2024, 2029, dan 2034...