Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fredy Pratama Punya Kaki Tangan di Lapas, Pengamat Soroti Sistem Pemenjaraan Indonesia yang Hanya Sebatas Fisik

Kompas.com - 07/10/2023, 18:48 WIB
Regi Pratasyah Vasudewa,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute For Security and Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi mengatakan, terungkapnya gembong narkoba jaringan internasional Fredy Pratama menjadikan narapidana untuk mengendalikan transaksi narkoba adalah bukti bahwa tata kelola dan pengawasan teknologi di Lembaga Permasayarakatan (Lapas) masih lemah.

Fredy Pratama diketahui kerap kali mengirimi uang dan berkomunikasi dengan Zulkifli alias Zul Zivilia, eks vokalis band Zivilia, yang juga berstatus sebagai narapidana, lewat aplikasi pesan instan BBM.

Menurutnya, kecanggihan teknologi yang digunakan bandar narkoba melampaui teknologi yang ada di lapas.

"Karena teknologi kejahatan itu kan selalu berkembang lebih pesat daripada teknologi pengungkapannya kan gitu," kata Fahmi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (7/10/2023).

Baca juga: Pengamat: Kasus Fredy Pratama Buktikan Lapas Rawan Jadi Tempat Pembinaan Kejahatan

Dia menilai, harus ada peningkatan teknologi di dalam lapas agar bisa sesuai dengan zaman.

Ia juga menilai penggunaan alat komunikasi yang dibatasi dalam lapas menjadi sia-sia karena pengawasan sebenarnya lemah.

Lantas bagaimana cara mengimbangi teknologi dalam lapas agar tak kalah dari bandar narkoba?

"Itu kan tergantung dari bagaimana kemudian tata kelola lapas itu sendiri bisa adaptif terhadap teknologi," ucapnya.

"Karena sistem penjaraan kita kan sementara ini hanya membatasi fisik, sifatnya membatasi fisik," tambahnya.

Tanggung jawab siapa?

Fahmi mengatakan pimpinan lapas bertanggung jawab langsung untuk pengawasan di dalam lapas.

Ia juga menjelaskan harus ada tindakan tegas jika ada petugas lapas yang terbukti bersekongkol dengan pelaku pengedaran narkoba di dalam lapas.

Baca juga: Freddy Budiman Awalnya Napi Kasus Kejahatan Jalanan, Masuk Lapas Jadi Bandar Besar Narkoba

Hanya saja, pemecatan saja tidak akan efektif, katanya, jika tidak dibarengi dengan kehendak untuk memperbaiki regulasi dan komitmen peningkatan.

Dirinya pun menyampaikan harus ada rancangan program dalam lapas tentang peningkatan deteksi dan pengawasan tentang penggunaan alat komunikasi.

"Termasuk juga, mengalokasikan katakan lah program-program yang mengarah pada upaya peningkatan kemampuan deteksi dan pengawasan di dalam lapas tadi terkait penggunaan handphone," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, Zul Zivilia direkrut oleh jaringan gembong narkoba internasional Fredy Pratama sebagai kurir untuk wilayah Sulawesi Selatan, sebelum akhirnya dibekuk polisi pada tahun 2019.

Baca juga: Penelusuran Polisi soal Kendali Gembong Narkoba Fredy Pratama di Dalam Lapas

Bahkan, Zul mengaku rutin dikirimi uang oleh Fredy sebesar Rp 4 juta per bulan ketika mendekam di lembaga pemasyarakatan (lapas).

"Diopeni (dipelihara). Tapi, waktu tujuh bulan pertama atau delapan bulan pertama. Setelah itu, enggak lagi. Komunikasi lewat BBM," kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Brigjen Mukti Juharsa di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (5/10/2023).

Namun, Mukti mengatakan, Fredy Pratama tidak pernah lagi mengirim uang kepada Zul. Saat pengiriman uang terputus, komunikasi pun turut terputus.

"Sudah stop, tapi dia mengakui pernah menerima uang Rp 4 juta per bulan. Keuangan putus, (komunikasi) dia putus," ujar Mukti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com