Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Dukungan Politik, PBNU: Kalau Kami Lakukan Berarti Mengkhianati Amanat

Kompas.com - 15/09/2023, 17:21 WIB
Singgih Wiryono,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya kembali mengatakan, PBNU tak akan menyatakan sikap dukungan terhadap kontestan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Dia mengatakan, jika PBNU memutuskan memberikan dukungan pada calon tertentu, maka artinya sama saja seperti mengkhianati amanat yang ada di PBNU.

"Karena tidak boleh secara norma AD/ART dan lain-lain, tidak boleh. Kalau kami lakukan (dukungan politik) apa namanya (sama saja seperti) mengkhianati amanat," ujar Gus Yahya saat ditemui di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumt (15/9/2023).

Baca juga: Ketum PBNU: Saya Tak Pernah Keluar dari PKB sampai Hari Ini, tapi Saya Tak Boleh Menyeret NU

Gus Yahya mengatakan, sikap PBNU ini bukan berarti para pengurus tidak mempunyai hak politik. Dia menambahlkan, setiap individu berhak memiliki pandangan politik, tapi tidak untuk mewakili entitas PBNU.

"Personel pengurus membuat pernyataan tapi tidak boleh mengatasnamakan lembaga, kecuali untuk hal-hal yang menjadi keputusan permusyawaratan," imbuh dia.

Akan tetapi, jika di luar hasil rapat, maka para pengurus dibebaskan berbicara atas nama pribadi. Sama seperti hak-hak politik para pengurus selain yang terpilih secara mandatori, di antaranya ketua umum dan wakil ketua umum diperbolehkan ikut menjadi anggota partai politik.

Baca juga: Anies-Cak Imin Juga Berziarah ke Makam Ketua PBNU Pertama

Bahkan, Gus Yahya menambahkan, pengurus PBNU pun  dibolehkan ikut dalam kontestasi pemilihan calon anggota legislatif (caleg).

"Pokoknya (pengurus) mandatoris enggak boleh nyaleg, kalau bukan mandatoris, pengurus yang lain boleh, silakan," imbuh dia.

Namun demikian, ia kembali menegaskan, bukan berarti PBNU mencalonkan atau mendukung pengurusnya maju dalam kontestasi politik.

Dia pun berharap  masyarakat memilih jagoannya berdasarkan ukuran rasional dengan cara melihat rekam jejak para kontestan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

Nasional
Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Nasional
Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Nasional
Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Nasional
Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Nasional
Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Nasional
KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

Nasional
Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Nasional
Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Nasional
Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Nasional
Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Nasional
Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com