JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin merekomendasikan penggunaan masker KF94 atau KN95 untuk menghadapi polusi udara di Jakarta dan sekitarnya.
Sebab, kedua masker tersebut bisa menyaring udara dengan Particulate Matter 2.5 (PM 2.5), salah satu tipe polusi paling berbahaya yang berbentuk debu sangat kecil dan bisa masuk ke paru-paru.
Hal ini disampaikan Budi dalam rapat kerja (raker) Komisi IX DPR, Rabu (30/8/2023). Penggunaan masker tersebut menjadi salah satu saran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menanggapi polusi udara.
"Jadi pakai masker apa, yang bisa nyaring PM 2,5. Karena ini paling kecil. Jadi kalau Ibu Felly (Ketua Komisi IX DPR RI Felly Estelita Runtuwene) pakai masker. Ya, silakan bu, tapi pakainya yang KF94 atau KN95," kata Budi dalam rapat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu.
Baca juga: Banyak Dikritik, Penyemprotan Jalan untuk Atasi Polusi Udara Kemungkinan Tak Dilanjutkan
Budi menjelaskan, dua jenis masker cukup terjangkau, karena harganya mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 4.500.
Dia juga mengajak masyarakat tak perlu khawatir karena lebih dari 50 produsen dalam negeri mampu memproduksi masker untuk melindungi dari paparan polusi udara.
Lebih lanjut, Budi menyarankan kepada masyarakat segera berobat jika sudah muncul gejala mengganggu pernapasan.
"Dan kalau kena gejalanya (harus tahu) ISPA itu seperti apa. Itu kita lakukan (edukasi)," ujar dia.
Baca juga: Heru Budi Bentuk Satgas Penanganan Polusi Udara, Ini Tugasnya
Tindakan lainnya, lanjut Budi, menginformasikan segala edukasi mengenai bahayanya polusi udara bagi tubuh manusia.
Untuk itu, masyarakat diminta melakukan tindakan berbeda jika di dalam maupun luar ruangan.
"Di luar ruangan, pakai masker, hindari polusi dan asap rokok. Di dalam ruangan, tutup ventilasi, gunakan penjernih udara atau air purifier dan segera berobat bila muncul gejala pernapasan," tulis paparan Menkes.
Di sisi lain, Budi juga menjelaskan, penyakit yang bisa timbul akibat polusi udara di antaranya Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Pneumonia, asma dan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
"Polusi udara itu besarnya (dampaknya) di PPOK, pneumonia dan asma," kata Budi.
Baca juga: Dampak Pencemaran Batu Bara Marunda Perburuk Polusi Udara Jakarta, Heru Budi Dituntut Minta Maaf
"Tapi, PPOK ini sifatnya kronis dan berkepanjangan. (Melanjutkan) Pneumonia dan asma dan juga ISPA. Jadi infeksi atas dan infeksi bawah, infeksi saluran pernapasan dan saluran paru," lanjut dia.
Terkait dengan Tubercolosis atau TBC, menurut Budi, penyakit ini kecil disebabkan oleh polusi udara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.