JAKARTA, KOMPAS.com - Dua calon anggota legislatif (caleg) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dari DPRD DKI Jakarta dan Kota Bogor, Dwi Kundoyo dan Estugraha, memutuskan mundur dari PSI usai partainya bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Mereka menyusul politikus PSI Guntur Romli yang sudah lebih dulu mundur dari PSI.
Adapun Guntur, Dwi, dan Estugraha tergabung ke dalam relawan Ganjarian Spartan.
Ganjarian Spartan merupakan relawan yang lahir pada 18 Januari 2023 silam. Mereka mengklaim sudah memiliki lebih dari 30.000 anggota.
"Dengan penuh kesadaran, melalui kalimat, 'ideologi dibentuk oleh sejarah', saya menyatakan mundur sebagai Calon Legislatif DPRD DKI Jakarta dari PSI," ujar Dwi dalam jumpa pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (7/8/2023).
"Ikut serta dalam kesempatan ini, Estugraha Wakil Ketua Umum Ganjarian Spartan, yang juga Caleg DPRD PSI dari Dapil 4 Kota Bogor, menyatakan mengundurkan diri," sambung dia.
Baca juga: [GELITIK NASIONAL] Kehangatan Prabowo dan PSI, Sinyal Kecewa karena Dinginnya PDI-P?
Dwi menjelaskan, dia berjuang untuk mengantarkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai Presiden 2024. PSI sendiri sebenarnya sudah mendeklarasikan Ganjar pada Oktober 2022.
Namun, pertemuan antara PSI dan Prabowo pada Rabu (2/8/2023) lalu, menimbulkan spekulasi PSI akan memalingkan dukungan ke Prabowo. Apalagi, PSI blak-blakan mereka hanya mengikuti arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2024.
Kembali ke Dwi, dirinya mengungkapkan hanya Ganjar yang mewakili perjuangannya ketimbang Prabowo dan Anies Baswedan.
"Saya tertarik ikut serta berjuang bersama PSI, karena PSI berdasarkan hasil Rembuk Rakyat yang diadakan oleh PSI pada Oktober 2022 menetapkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden," ujar Dwi.
Baca juga: Puan Buka Pintu untuk PSI, Giring: Jika Diizinkan, Kami Datang ke Kantor PDI-P
Menurut Dwi, PSI di tengah perjalanan dalam mendukung Ganjar malah bermain mata dengan Prabowo.
Dia menilai kedatangan Prabowo ke markas PSI yang disambut secara hangat sangat mencederai semangat dan pandangan perjuangannya selama ini.
Dwi turut mengenang kembali di tahun 1994, di mana dirinya dan beberapa mahasiswa lain mendirikan FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa se-Jakarta).
Dia mengklaim FKSMJ adalah salah satu kekuatan terbesar mahasiswa yang berhasil menjatuhkan pemerintahan otoriter Presiden ke-2 Soeharto.
Baca juga: Manuver PSI: Dulu Deklarasi Dukung Ganjar, Kini Mesra dengan Prabowo
Sejak dulu, Dwi mengaku sudah menolak Prabowo. Bersama kawan-kawan seperjuangannya, Dwi tidak berhenti menyuarakan keadilan dan kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Pada Pilpres 2014-2019, saya memilih Jokowi, di samping karena rekam jejak dan hasil karya Pak Jokowi yang yahud, satu sisi karena saya menolak Prabowo Subianto menjadi pemimpin di Indonesia," katanya.