Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mematikan, Kemenkes Ungkap Antraks Bisa Jadi Senjata Biologis

Kompas.com - 10/07/2023, 15:25 WIB
Fika Nurul Ulya,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi mengatakan, bakteri antraks kerap digunakan sebagai senjata biologis (bio-weapon).

Pasalnya, antraks memiliki tingkat fatalitas yang berbeda-beda tergantung jenisnya.

Tingkat fatalitas antraks yang menyerang kulit mencapai 20 persen, fatalitas antraks yang menyerang saluran pencernaan mencapai 25-70 persen, dan fatalitas antraks yang menyerang saluran pernapasan mencapai 80 persen.

"Untuk yang tipe pernapasan itu sangat mematikan. Makanya, antraks bisa menjadi bio-weapon, masuk menjadi senjata biologis," kata Imran dalam konferensi pers dikutip Senin (10/7/2023).

Baca juga: Epidemiolog: Diagnosis Cepat Mampu Kurangi Fatalitas Antraks

Selain itu, ia mengatakan, antraks mampu bertahan hingga 40 tahun lamanya di tanah.

Sebab, bakteri akan membentuk spora bila berkontak dengan udara. Spora ini berfungsi sebagai pelindung, sehingga bakteri di dalam spora sulit mati.

Adapun antraks itu adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri B.anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti kambing, sapi, domba, dan lain-lain, lalu menyebar ke manusia jika mengonsumsi daging tersebut.

"Mungkin pernah mendengar bahwa antraks itu bisa menjadi salah satu teror, bisa digunakan teroris untuk meneror suatu wilayah. Jadi memang ini suatu hal yang perlu kita waspadai bersama terutama di daerah-daerah yang endemis tadi," ujar Imran.

Baca juga: Wapres Minta Semua yang Terpapar Antraks Diisolasi, Jangan sampai Merebak ke Daerah Lain

Oleh karena itu, ia meminta masyarakat, terutama di daerah endemis antraks untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat.

Imran juga mengimbau agar tidak menyembelih dan mengonsumsi hewan yang sudah mati, terutama jika sebelumnya sudah sakit dan diduga positif antraks.

"Sekali lagi kami menyampaikan, tadi masalah hewan mati jangan dikonsumsi ini sangat penting dipatuhi. Untuk masyarakat kalau terjadi gejala-gejala yang kami sampaikan, seperti kulitnya melepuh atau kontak dengan sapi yang mati itu segera lapor ke puskesmas atau faskes," katanya

.Baca juga: Sejarah Antraks, Penyakit Tertua yang Diperkirakan Berasal dari Mesir

Sebagai informasi, penularan antraks ke manusia terjadi melalui beberapa cara. Pertama, karena menyembelih hewan mati atau sakit karena antraks, kemudian dagingnya dikonsumsi oleh manusia.

Kedua, bisa pula melalui luka terbuka di permukaan kulit yang bersentuhan langsung dengan bulu, kulit, maupun daging hewan yang sudah terinfeksi. Infeksi juga bisa terjadi ketika korban menghirup spora dari antraks.

Diketahui, kasus antraks kembali terjadi di Kelurahan Candirejo, Kapanewon Semono, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul, satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat antraks.

Baca juga: 4 Tipe Antraks dan Tingkat Fatalitasnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com