Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganti Paspor dan Operasi Wajah Jadi Tantangan KPK Buru DPO, Termasuk Harun Masiku

Kompas.com - 07/07/2023, 09:25 WIB
Syakirun Ni'am,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut pembuatan paspor palsu hingga operasi wajah menjadi tantangan dalam memburu Harun Masiku.

Harun Masiku merupakan mantan kader PDI-P yang menjadi tersangka suap Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Wahyu Setiawan. Ia ditetapkan masuk daftar pencarian orang (DPO) pada 29 Januari 2020.

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu mengatakan, sejauh ini pihaknya tidak memiliki kendala administrasi dalam memburu Harun karena red notice dari Interpol sudah terbit.

Meski demikian, KPK masih menghadapi kemungkinan Harun Masiku berganti identitas atau paspor.

“Nah itu memang apa namanya, menjadi, ya kita, apa namanya, berpacu dengan itu (ganti paspor),” ujar Asep kepada wartawan, Jumat (7/7/2023).

Baca juga: KPK Dapat Informasi Nama dan Fisik Seseorang Mirip Harun Masiku, Ketika Dicek Ternyata Bukan

Menurut Asep, para buronan termasuk Harun Masiku juga bisa melakukan operasi wajah. Hal ini juga menjadi tantangan bagi KPK.

Asep mengatakan, KPK harus sesegera mungkin menangkap Harun Masiku. Ia bahkan mengatakan pihaknya akan langsung terjun ke lapangan secepatnya begitu mendapatkan informasi terpercaya.

“Bisa saja kan, misalkan, 'oh Pak ganti wajah', ya bisa memang. Cuma ya itu tantangannya, tantangan bagi kami,” ujar Asep.

Asep mengatakan, KPK tidak pernah menunda-nunda perburuan para buron korupsi.

Ia mencontohkan saat menangkap buron Izil Azhar. KPK langsung turun memburu begitu mendapatkan informasi.

Baca juga: KPK Sebut Harun Masiku Juga Jadi DPO di Negara Lain

Izil Azhar merupakan tersangka dugaan korupsi gratifikasi yang menyeret mantan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf. Tetapi, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu melarikan diri.

“Seperti misalkan Izil Azhar, ada orangnya dan ada informasi itu kita datang ke sana dengan segala macam risiko,” kata Asep.

Adapun buron atau DPO yang diduga berganti paspor adalah Direktur Utama PT Sandipala Arthaputra, Paulus Tannos. Ia merupakan salah satu tersangka pengadaan proyek e-KTP.

Paulus Tannos disebut sudah berganti nama menjadi Tahian Po Tjhin (TPT).

Baca juga: KPK Mengaku Kejar Harun Masiku sampai ke Masjid dan Gereja di Luar Negeri

Gara-gara ganti nama dan paspor itu, KPK gagal membawa Paulus Tannos pulang ke Indonesia dari Thailand. Sebab, red notice dengan nama dan identitas baru Paulus Tannos belum terbit.

“Ya betul, tentu ada paspor yang berubah dari negara lain,” kata Juru Bicara Penindakan dan Kelembagaan KPK Ali Fikri saat ditemui awak media di Gedung Merah Putih KPK, Rabu (8/2/2023).

Terkait Harun Masiku, ia diduga menyuap Wahyu Setiawan dengan uang Rp 600 juta.

Suap diberikan agar dirinya ditetapkan sebagai anggota DPR dari Daerah Pemilihan I Sumatera Selatan, menggantikan Nazarudin Kiemas yang meninggal dunia.

Hasil Pemilu menyatakan Harun Masiku hanya mengantongi 5.878 suara di posisi keenam. Tetapi, PDI-P justru mengajukan Harun sebagai pengganti Nazarudin.

Baca juga: Novel: Selama Firli Pimpin KPK, Harun Masiku Tak Akan Tertangkap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com