KOMPAS.com - Dompet Dhuafa mengajak donatur dan volunteer mengarungi Laut Flores untuk menyalurkan daging kurban ke Pulau Papagarang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Donatur dan volunteer tersebut tergabung dalam tim monitoring dan evaluasi (monev) dan distribusi pada program Tebar Hewan Kurban (THK) 1444 Hijriah (H).
Penyaluran berkah THK menjadi sebuah pengalaman yang berharga bagi tim monev dan distribusi karena mereka sampai harus terjebak sekitar dua hingga tiga jam di Pulau Papagarang.
Pulau Papagarang merupakan salah satu wilayah di Kawasan Taman Nasional Komodo. Dengan penduduk mayoritas bekerja sebagai nelayan, jumlah warga di pulau ini terhitung sekitar 1.500 orang.
Baca juga: Manfaatkan Listrik dari Energi Terbarukan, Inilah Cerita dari Papagarang dan Distrik Windesi
Pulau Papagarang menjadi salah satu titik distribusi program THK 2023. Untuk menyalurkan daging kurban, tim monev dan distribusi harus menempuh perjalanan cukup menantang menuju Pulau Papagarang.
Tim distribusi awalnya berangkat sebelum Maghrib dengan membawa daging kurban dari Pulau Messah menggunakan kapal kayu warga.
Dalam distribusi tersebut turut serta salah seorang donatur, yaitu Dr Hadjat Susanto dan Amelia Oktaviani selaku volunteer specialist.
“Dari jauh, Pulau Papagarang sudah terlihat jelas, menandakan bahwa banyak warga yang tinggal di sana,” ujar Hadjat dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (1/7/2023).
Baca juga: Seperti Apa Wajah Manusia Hobbit Asal Flores?
Mengarungi laut Flores dengan kapal kayu warga dan kondisi langit yang semakin lama semakin gelap, tim sampai di Pulau Papagarang sekitar pukul 18.15 WITA.
Sesampainya di pulau tersebut, mereka langsung menyerahkan daging kurban untuk segera didistribusikan kepada warga.
“Warga di sana sangat antusias menerima bantuan daging kurban dari Dompet Dhuafa. Mereka langsung mendistribusikannya pada malam itu juga untuk menunjukan rasa terima kasih mereka,” ujar Hadjat.
Namun, selepas pendistribusian daging, tim harus terjebak di Pulau Papagarang selama dua sampai tiga jam untuk menunggu kapal yang menjemput kembali.
Sulitnya perjalanan pulang kembali menuju Pulau Messah menjadi hal menantang lainnya yang harus dilewati oleh tim monev dan distribusi Dompet Dhuafa.
Baca juga: Masjid Istiqlal Tak Mau Tertipu Lagi, Distribusi Daging Kurban Kini lewat Yayasan Terverifikasi
Dengan kondisi ombak laut yang semakin tinggi karena hari semakin malam dan gelap, tim kembali mengarungi lautan untuk kembali pulang.
Meskipun diselimuti oleh rasa takut dan khawatir sepanjang perjalanan pulang, mereka akhirnya berhasil kembali dengan selamat.
“Seru banget jadi pengalaman berharga bisa melewati lautan luas malam-malam untuk distribusi program THK,” ujar Amelia Oktaviani.
Dalam kesempatan tersebut, Hadjat berharap, Dompet Dhuafa semakin banyak memberdayakan masyarakat, seperti peternakan dan DD Farm agar program THK semakin diminati oleh para donatur.
“(Hal ini juga) supaya semakin luas jangkauan dan tebaran wilayah kurbannya,” tutur Hadjat.