Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demokrat: Dukungan Banyak Parpol Belum Tentu Paralel dengan Jumlah Suara

Kompas.com - 18/04/2023, 16:16 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrat meyakini bahwa bakal calon presiden yang diusung partainya, Anies Baswedan dan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) mampu memenangkan pertarungan Pemilu 2024.

Keyakinan itu bahkan tak pudar jika nantinya resmi "bertarung" menghadapi koalisi besar.

Demokrat pun mengaku memiliki pengalaman bahwa jumlah partai politik yang banyak dalam koalisi, belum tentu menang pemilu.

"Ditinjau dari aspek kesejarahan. Bapak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) 2004, awalnya juga hanya diusung tiga parpol, dengan total suara sekitar 11 persen," kata Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra kepada Kompas.com, Selasa (18/4/2023).

Baca juga: Prajurit TNI Pencari Pilot Susi Air Dibunuh, Demokrat: Sampaikan pada Dunia, KKB Musuh Bersama

"Dukungan banyak parpol belum tentu paralel dengan jumlah suara yang nantinya diraih oleh capres yang diusung," lanjutnya.

Selain faktor kesejarahan, Demokrat optimistis Anies dan KPP tetap berpeluang menang pada Pemilu 2024 lantaran ditinjau dari sistem pemilu, yaitu secara langsung oleh rakyat.

"Sistem pemilu kita adalah pemilihan langsung. One man/woman one vote. Bukan sistem perwakilan. Yang memilih adalah rakyat secara langsung. Bukan parpol-parpol di parlemen," jelas Herzaky.

Jika Pilpres dilakukan di parlemen, kata Herzaky, baru lah jumlah dukungan partai politik signifikan dan sangat relevan dalam peluang kemenangan bagi setiap capres-cawapres.

Akan tetapi, menurutnya dukungan partai politik dalam pemilihan presiden secara langsung memang berdampak positif.

"Tapi, tidak ada jaminan suara ketika memilih parpol tertentu terkonversi menjadi suara ke paslon capres-cawapres tertentu," nilai Herzaky.

Baca juga: Demokrat Klaim Temukan Kejanggalan Baru dalam Pengajuan PK oleh Moeldoko

Lebih lanjut, Herzaky meyakini Anies dan KPP menang Pilpres menghadapi koalisi besar karena kuatnya keinginan dan harapan rakyat akan perubahan.

Adapun perubahan menjadi tagline yang kerap digaungkan Demokrat, Nasdem dan PKS sebelum akhirnya menamai diri sebagai KPP.

"Semangat inilah yang mendorong terbentuknya Koalisi Perubahan. Bersatunya Demokrat, Nasdem, dan PKS karena didorong oleh ide, gagasan, semangat yang sama, untuk memperjuangkan perubahan dan perbaikan," kata Herzaky.

Sebagai informasi, Anies Baswedan diusung oleh KPP yang merupakan koalisi tiga partai politik, yakni Partai Demokrat, Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sementara itu, bakal koalisi besar kini tengah dijajaki oleh lima partai politik pendukung pemerintah Joko Widodo (Jokowi).

Lima partai ini bahkan sudah memiliki koalisi masing-masing, yakni Golkar, PAN dan PPP di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), sedangkan Gerindra dan PKB di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com