Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zenwen Pador
Advokat dan Konsultan Hukum

Praktisi Hukum Spesialisasi Hukum Lingkungan dan Sumber Daya Alam

Menyoal Bank Tanah

Kompas.com - 21/03/2023, 13:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBELAS organisasi masyarakat sipil mengajukan uji formil dan materiil PP Bank Tanah. PP ini dinilai tak sejalan dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 91/2020 tentang Uji Formil UU Cipta Kerja, bertentangan dengan UU Pokok Agraria dan rawan menciptakan persoalan agraria.

PP Nomor 64 tahun 2021 tentang Badan Bank Tanah dikeluarkan sebagai perintah langsung pasal 135 UU Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja.

Badan Bank Tanah yang dimaksud dalam PP ini adalah badan khusus (sui geneis) yang merupakan badan hukum Indonesia yang dibentuk oleh pemerintah pusat dengan kewenangan khusus untuk mengelola tanah.

Pasal 2 PP No. 64 tahun 2021 menegaskan Bank Tanah diberi kewenangan khusus untuk menjamin ketersediaan tanah dalam rangka ekonomi berkeadilan, untuk kepentingan umum, kepentingan sosial, kepentingan pembangunan nasional, pemerataan ekonomi, konsolidasi lahan, dan reforma agraria.

Putusan MK dan Bank Tanah

Dalam poin keenam amar putusannya, MK menyatakan apabila dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun pembentuk UU tidak dapat menyelesaikan perbaikan UU Cipta Kerja, maka UU atau pasal/materi muatan UU yang telah dicabut atau diubah oleh UU Cipta Kerja dinyatakan berlaku kembali.

Bila dicermati, ternyata aturan tentang Bank Tanah adalah norma yang sama sekali baru diatur dalam Bab VIII UU Cipta Kerja terdiri dari pasal 125 sampai pasal 135.

Pasal-pasal ini sama sekali tidak mencabut ataupun mengubah aturan dalam UU manapun, baik UU No. 5 tahun 1960 tentang Pokok Agraria maupun UU terkait Sumber Daya Alam lainnya. Pengaturan bank tanah murni adalah aturan baru.

Dengan demikian, ketentuan mengenai Bank Tanah tidak termasuk dalam hal yang dimaksud dalam amar putusan MK.

Artinya ketentuan mengenai Bank Tanah bukanlah aturan yang harus direvisi atau diperbaiki karena merupakan pengaturan baru yang belum diatur oleh UU manapun.

Bagaimana halnya dengan amar putusan MK poin ketujuh yang menyatakan untuk menangguhkan segala tindakan/kebijakan yang bersifat strategis dan berdampak luas, serta tidak dibenarkan pula menerbitkan peraturan pelaksana baru berkaitan dengan UU Cipta Kerja?

Memang Bank Tanah bisa digolongkan sebagai kebijakan yang bersifat strategis. Namun, menurut Ketua Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Zainal Arifin Mochtar, parameter menangguhkan kebijakan yang bersifat strategis dan berdampak luas sepertinya tidak jelas.

Misalnya Bank Tanah, menurut Zainal, hal itu strategis. Apakah berarti Bank Tanah diberhentikan, padahal Peraturan Pemerintah (PP) menyatakan terus dilanjutkan.

"Itu enggak jelas,” kata Zainal. (Tirto.id, 27/11/2021).

Seharusnya mengacu pada putusan MK, sampai 25 November 2023 UU Cipta Kerja masih berlaku dan konstitusional. Namun Presiden telah pula mengeluarkan Perppu Nomor 2 tahun 2022 tentang Cipta Kerja.

Pasal 185 Perppu menegaskan dengan berlakunya Perppu maka Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Nasional
Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Nasional
MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

Nasional
Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Nasional
Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com