JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Agama (Kemenag) menyetujui konsumsi untuk jemaah haji di Mekkah tahun 2023 ditambah menjadi 44 kali. Sebelumnya, konsumsi untuk jemaah haji di Mekkah hanya diberikan sebanyak 40 kali.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag, Hilman Latief dalam rapat Panja terakhir bersama Komisi VIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (15/2/2023).
Hilman menuturkan, tambahan makan 4 kali itu diberikan dua hari menjelang masa puncak haji (Arafah, Muzdalifah dan Mina/Armuzna).
Baca juga: Hitung-hitungan Kemenag: Biaya Haji 2023 Rp 90,05 Juta, yang Ditanggung Jemaah Rp 49,8 Juta
"Konsumsi yang akan didapat oleh jemaah Indonesia yang sebelumnya untuk di Makkah 40 kali, ditambah menjadi 4 kali, dan karena itu jumlah totalnya jadi 44 kali," kata Hilman dalam rapat Panja terakhir, Rabu.
Hilman menuturkan, semula, konsumsi dua hari menjelang Armuzna sempat ditiadakan. Hal ini mengingat terbatasnya kemampuan distribusi dari pihak katering yang menjadi mitra.
Sebab di tanggal tersebut, 2,5 juta orang berkumpul di Mekkah dan banyak sekali jalan yang ditutup. Namun jika ditiadakan, jemaah bisa kesulitan mendapat makanan.
"Pertimbangannya bila tidak diberikan pada H-3 dan H+2, seluruhnya selama 5 hari tidak ada makan, maka akan sulit bagi jemaah untuk mencari," tutur Hilman.
Baca juga: Panja Harap Biaya Akomodasi hingga Konsumsi Haji Masih Bisa Turun
Sementara itu, konsumsi di Madinah diberikan 18 kali. Menu katering untuk jemaah disepakati harus yang bernuansa Nusantara dan berbahan baku serta pekerjanya dari Indonesia.
"Dengan beberapa pertimbangan tadi, meskipun tidak full 5 hari, ada usulan untuk menambah setidaknya 4 kali makan. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami sampaikan bahwa biaya konsumsi itu 17,50 Real akan ditambah layanan bagi jemaah sebanyak 4 kali," jelas Hilman.
Sebelumnya, usulan menambah konsumsi sebanyak 4 kali ini disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi VIII DPR Marwan Dasopang sebagai pemimpin rapat Panja.
Marwan mengatakan, jemaah kesulitan mengakses makanan sehingga sakit ketika sampai di Arafah.
Bahkan, Dirjen PHU Hilman Latief sempat merasakan harus makan mie instan selama 2 hari karena lebih mudah dimakan.
"Kami mendapati jemaah di tempat-tempat di Arafah itu dalam keadaan sakit karena tidak bisa memenuhi gizi, karena makan tidak disediakan. Oleh karena itu kita putuskan, harus dikembalikan ada makan. Bagaimana cara mengantar itu, terserah," jelas Marwan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.