Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trias Kuncahyono
Wartawan dan Penulis Buku

Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018, nulis sejumlah buku antara lain Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.

Terorisme: Perempuan, Senjata Siluman (Bagian 2)

Kompas.com - 27/10/2022, 12:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA asumsi umum bahwa terorisme adalah dunia kaum laki-laki. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh sedikitnya perempuan teroris; juga karena aksi ini membutuhkan keberanian luar biasa serta merupakan tindakan kasar dan sungguh-sungguh membuang nilai-nilai kemanusiaan.

Akan tetapi, realitasnya menurut sejarah, perempuan ambil bagian dalam pemberontakan bersenjata, revolusi, dan perang.

Perempuan memainkan peran dominan di Russian Narodnaya Volya (Kehendak Rakyat Rusia), sebuah organisasi revolusioner abad ke-19, yang berpandangan aktivitas teroris sebagai jalan paling baik untuk memaksa reformasi politik dan menyingkirkan otokrasi tsar.

Perempuan juga bergabung dengan Tentara Rakyat Irlandia (IRA), organisasi Baader-Meinhof di Jerman, Red Brigades di Italia, Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina. Laporan penelitian European Parliamentary Research Service (2018), juga menegaskan hal itu.

Baca juga: Perempuan Berpistol Itu - (Bagian 1)

Secara historis, perempuan telah aktif dalam organisasi kekerasan politik di berbagai wilayah di seluruh dunia. Mereka tidak hanya sebagai pelengkap dan pendukung, tetapi juga sebagai pemimpin dalam organisasi, rekrutmen dan penggalangan dana dan dalam peran operasional langsung.

Kata Cyndi Banks (2019), profesor kriminologi dari Northern Arizona University, perempuan selalu menjadi bagian dari gerakan teroris baik sebagai pendukung maupun pelaku.

Misalnya, dalam Religious Wave (Gelombang Agama) -meminjam istilah yang digunakan David Rapoport (2004)- perempuan mengisi berbagai peran mulai dari staf pendukung hingga pelaku nyata aksi teror di Pakistan, India, Sri Lanka, Chechnya, Afghanistan, Palestina, Suriah, Irak, Yaman, dan Kenya.

Rapaport membagi gelombang aksi teroris menjadi: dari 1880-an hingga 1920'an disebut Anarchist Wave (Gelombang Anarkis), dari 1920-an sampai 1960-an sebagai Anti-Colonial Wave (Gelombang Anti-Kolonial), dari 1960-1979 dinamakan New Left Wave (Gelombang Kiri Baru), dan dari 1979 -selanjutnya disebut Religious Wave (Gelombang Agama).

Keterlibatan perempuan itu, kata Mia Bloom (2017), akademisi, pengarang Kanada dan profesor komunikasi dari Georgia State University, didorong oleh perubahan etos dan taktik terorisme.

Organisasi terorisme ingin bahwa aksi mereka menimbulkan lebih banyak korban. Maka, dikembangkan teknologi dan taktik baru untuk mewujudkan keinginan itu.

Keinginan tersebut diwujudkan dengan: pengenalan terorisme bunuh diri dan merekrut kaum perempuan. Kedua fenomena paralel tersebut diwujudkan di Lebanon pada 1980-an selama pendudukan Israel.

Perempuan pengebom bunuh diri pertama, kata Mia Bloom (2017), adalah seorang gadis Lebanon berusia 17 tahun: Sana'a Mehaydali tahun 1985. Ia "menjalankan misi" Partai Nasional Sosialis Suriah (SSNP/PPS), sebuah organisasi sekular pro-Lebanon Suriah.

Sana'a "ditugaskan" meledakkan diri di dekat konvoi tentara Israel di Lebanon. Aksi Sana'a menewaskan lima tentara Israel.

Baca juga: Ini Cara BNPT Minimalisasi Perempuan Terikat Jaringan Teroris

Dari Lebanon, serangan bunuh diri oleh perempuan meluas ke Sri Lanka, Turki, Chechnya, Israel, Irak, dan termasuk ke Indonesia (dilakukan oleh Puji -bersama suami dan kedua anaknya- pada 17 Mei 2018, di Surabaya).

Sekadar gambaran, antara tahun 1985 - 2006 saja, terjadi 220 serangan bom bunuh diri oleh perempuan (sekitar 15 persen dari total serangan bom bunuh diri).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com