Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

KPK, Residivis Koruptor, dan Frustasi Sosial

Kompas.com - 24/10/2022, 05:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

APA alasan paling masuk akal atas hasil jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia (LSI), bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai superbody antikorupsi, bersama Polri turun pamor di mata rakyat.

Keduanya sama-sama kehilangan integritas, independensi, dan transparansinya.

Sejak kasus Cicak versus Buaya yang membuat KPK disayang publik, kasus kontroversi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang dilakukan para anggota KPK justru menjadi sorotan kritis publik, dan membuat KPK berada pada posisi terendahnya.

Tak hanya kehilangan kredibilitasnya, namun tercemar nama baik karena seperti disusupi titipan kepentingan para penolak kehadiran KPK.

TWK KPK diinisiasi sebagai konsekuensi revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 yang menetapkan KPK sebagai bagian dari lembaga eksekutif kekuasaan.

Sebelum direvisi, KPK merupakan lembaga bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun.

Beralihnya KPK dari lembaga independen menjadi eksekutif membuat para pegawainya saat ini resmi menyandang status sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), seperti yang tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2020.

Faktanya, berdasarkan data KPK, dari 1.351 pegawai yang menjalani TWK, 1.274 pegawai dinyatakan lulus, sementara 75 pegawai sisanya dinyatakan gagal.

Fakta berikutnya yang tak kalah menarik, 75 orang yang gagal merupakan orang-orang yang disegani akan integritasnya dalam menjalani kewajiban mereka sebagai anggota KPK.

Nama-nama seperti Novel Baswedan, Harun Al Rasyid, Giri Suprapdiono, yang dianggap memiliki prestasi membanggakan selama menuntaskan kasus-kasus besar korupsi justru dibuang!

Ini bukan perbaikan atau tindak reformatif, namun justru bentuk kemunduran dalam upaya kita melawan korupsi.

Sebuah kesalahan fatal yang menempatkan KPK sebagai lembaga yang tidak lagi independen, terutama atas kuasa para eksekutif.

Dalam situasi ketika dukungan kepada institusi KPK semakin berkurang, para elite justru memainkan peluang dan kesempatan semakin merusak pamor KPK.

Jika pada akhirnya menjadi institusi yang tidak lagi dibutuhkan, apalagi dibubarkan, merupakan keberhasilan paling dramatis para penghuni parlemen yang berhasil mengkebiri, sekaligus memberangus KPK.

Apakah itu artinya akan ada kelahiran kembali KPK dalam versi yang lebih lunak? Institusi yang akan dipenuhi tata aturan dan tunduk kepada parlemen? Sebuah institusi formalitas yang sangat tidak direkomendasikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com