Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Debat Capres sebagai Produk Industri Hiburan

Kompas.com - 02/08/2022, 09:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAK terasa Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 semakin dekat. Tontonan yang didambakan masyarakat Indonesia adalah adu debat para calon presiden (capres) di layar kaca televisi.

Mengadu mereka yang berambisi menjadi presiden untuk berdebat secara terbuka lewat siaran televisi memang secara ekonomis-bisnis lukratif untuk diperjualbelikan di pasar bebas sebagai produk industri hiburan seperti adu jotos antara manusia di ring tinju sampai adu jangkrik di gelanggang perjudian. Secara politis untuk kepentingan negara, manfaatnya selalu bisa dipertanyakan.

Kemampuan berdebat seseorang mungkin dibutuhkan untuk menjadi pengacara atau anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tetapi tidak terlalu relevan untuk menjadi seorang kepala negara. Seorang yang pintar debat seperti Adolf Hitler atau Mussolini terbukti justru menjadi para kepala negara yang sangat buruk.

Baca juga: Memori Proses Pilpres 2004, dari Debat Capres hingga Pemungutan Suara

Yang utama dibutuhkan seorang kepala negara sebenarnya bukan keahlian berdebat tetapi kemampuan dan kemauan memimpin tatalaksana suatu lembaga kepemerintahan luar biasa kompleks meliputi anekaragam bidang mulai dari keamanan, ketertiban, kesejahteraan, keadilan, perumahan, kependudukan, kependidikan, keagamaan, sampai kemanusiaan.

Apalagi debat termasuk suatu kemampuan yang sulit bahkan mustahil diukur secara akurat tepat, benar dan baku seperti mengukur kemampuan seorang olahragawan berlari, melompat, melempar atau mengangkat. Prestasi olahraga memang lebih bisa diukur secara akurat berdasarkan kaidah ukuran yang telah disepakati bersama, ketimbang prestasi debat.

Adu debat capres sebagai produk andalan industri hiburan dipelopori oleh Amerika Serikat (AS) yang memang terdepan maka terunggul dalam industri hiburan di planet Bumi.

Namun sebenarnya patetis alias menyedihkan campur menggelikan bagaimana masing-masing kelompok pendukung capres sibuk mengklaim tokoh junjungan masing-masing berhasil mengalahkan tokoh lawan politik masing-masing. Bahkan demi memengaruhi skor menggunakan jalur jajak pendapat yang hasilnya bisa dibeli sesuai kehendak pembeli. Sehingga, yang tampil pada kenyataan adu debat pilpres akhirnya tidak ada yang kalah sebab semua (harus) menang.

Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto berjabat tangan saat mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019). Debat itu mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan, serta Hubungan Internasional. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto berjabat tangan saat mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019). Debat itu mengangkat tema Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan, serta Hubungan Internasional. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Yang lebih sibuk debat malah para pendukung dalam membela junjungan masing-masing di luar gelanggang adu debat yang resmi. Sebenarnya kasihan para capres dimanfaatkan sebagai sekedar produk industri hiburan seperti petinju atau pegulat bayaran di masa kini atau gladiator di masa Romawi.

Baca juga: Debat Capres AS Terakhir, Biden: Siapa Pun yang Sebabkan Kematian Banyak Orang Tak Bisa Jadi Presiden

Namun selama masyarakat masih senang menonton adu debat pilpres tentu sah-sah sajalah apabila adu debat pilpres yang sebenarnya mubazir untuk memilih capres yang baik tetap diselenggarakan di persada Nusantara tercinta ini.

Yang penting rakyat merasa terhibur dan pemilik perusahaan TV serta perusahaan event-organizer adu debat bisa memetik keuntungan dana berlimpah dari kegiatan adu debat sebagai produk lukratif industri hiburan selaras sukma pragmatisme serta kapitalisme sejati: Maju tak gentar, membela yang bayar!

Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com