JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar meminta pemerintah dalam hal ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan subvarian Omicron varian BA.2.75 di India dan BA.5.3.1 atau Bad Ned di China.
Pria yang akrab disapa Cak Imin ini mengingatkan, mobilitas masyarakat yang tinggi ke luar dan masuk Indonesia tetap memungkinkan virus tersebut sampai ke Indonesia.
"Kemenkes perlu mempelajari pola penyebaran virus corona yang sebelumnya sempat mewabah, seperti varian Alfa dan Delta, khususnya penyebaran virus corona yang beberapa waktu lalu mewabah di India dan China yang sempat menyebar ke sejumlah negara dengan cukup cepat," kata Cak Imin dalam keterangannya, Rabu (13/7/2022).
Baca juga: Subvarian Baru Omicron BA.2.75 Diidentifikasi di India, Ini Kata Epidemiolog
Dengan kesiapsiagaan sejak awal, lanjut Muhaimin, dapat dilakukan upaya preventif untuk mencegah masuknya subvarian BA.2.75 dan BA.5.3.1 ke Indonesia.
Di sisi lain, Kemenkes diminta tidak berhenti mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Khususnya, prokes memakai masker ketika masyarakat beraktivitas di dalam maupun di luar ruangan.
"Kombinasi varian yang cukup menular dan longgarnya pembatasan, membuat kasus Covid-19 berpotensi terus meluas dan membesar, hingga akhirnya memicu banyak mutasi dan sub-varian baru Omicron," tutur dia.
Baca juga: Sub-Varian Baru Covid Omicron BA.5.2.1 Ditemukan di Shanghai China
Cak Imin mengatakan, Kemenkes juga perlu berkoordinasi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengetahui perkembangan subvarian Omicron tersebut.
Upaya kesiapsiagaan ini diperlukan agar bisa dilakukan langkah dan waktu yang tepat untuk mengharuskan kembali diberlakukannya pengetatan masuknya pelaku perjalananan luar negeri ke Indonesia.
"Ini perlu sebagai upaya untuk mencegah masuk dan menyebarnya subvarian omicron yang baru tersebut di wilayah Indonesia," katanya.
Dia juga mendorong Kemenkes segera menginformasikan kepada masyarakat mengenai sub-varian Omicron yang baru tersebut.
Baca juga: Shanghai Deteksi Kasus Subvarian Baru BA.5.2.1
Hal itu dilakukan agar masyarakat tidak mudah percaya dengan pemberitaan atau informasi yang belum valid.
"Hingga saat ini kan masih belum ditemukan kepastian dan keakuratan apakah subvarian baru tersebut menyebabkan penyakit yang lebih serius dibandingkan dengan subvarian Omicron lainnya," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.