Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulianti Saroso, Dokter dan Pejuang Kesehatan Bangsa

Kompas.com - 21/04/2022, 15:03 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Rumah di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan itu penuh dengan tamu yang hendak melayat pada 29 April 1991. Mereka hendak menyampaikan doa dan memberi penghormatan terakhir kepada Prof. Dr. Julie Sulianti Saroso yang wafat di Rumah Sakit Tebet, Jakarta Selatan, setelah terjatuh di kamar mandi.

Jasad sang profesor dimasukkan ke liang lahat pada 30 April 1991 di taman pemakaman umum Karet Bivak, Jakarta Pusat dengan upacara militer dipimpin inspektur upacara Menkes dr Adhyatma, MPH., seperti dikutip dari surat kabar Kompas edisi 2 Mei 1991.

Rosihan Anwar dalam artikel di surat kabar Kompas edisi 3 Mei 1991 menuliskan kenangan tentang Syuul, panggilan akrab Sulianti.

Syuul adalah anak dr Sulaiman yang lahir di Karangasem, Bali, pada 10 Mei 1917. Dia lantas merantau ke Bandung dan belajar di sekolah Gymnasium sampai lulus pada 1935.

Setelah itu, Syuul mengikuti jejak ayahnya dengan masuk ke Sekolah Tinggi Kedokteran Geneeskundige Hoge School-GHS) di Batavia. Dia kemudian lulus pada 1942 dan bekerja sebagai dokter pada Centrale Burgelijke Ziekenhuis (CBZ, kini Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusomo).

Di masa kolonial tidak banyak jumlah dokter wanita Indonesia dan Syuul termasuk yang menonjol. Sebagai mahasiswa kedokteran ia menarik perhatian, karena cantik, lincah dalam pergaulan dan cakap dalam olah raga karena gemar bermain tenis.

Memang saat itu tidak mudah bagi golongan Bumiputra untuk bisa masuk sekolah kedokteran. Syuul mendapat keistimewaan karena keluarganya dianggap terpandang atau kelompok elite.

Menurut penuturan seorang wartawan surat kabar De Java Bode, kata Rosihan, Syuul disebut dengan istilah de Javaanse elite in Batavia seperti keluarga dr Oerip, dr Latip atau de regenten families van Bandung, Buitenzorg, Cianjur yang sosialisasi mereka dijepret oleh fotograf dan dimuat dalam majalah Belanda De Orient.

Pada masa itu, kata Rosihan, Syuul tidak banyak menaruh minat pada persoalan politik. Namun, keadaan itu berubah dengan datangnya zaman pendudukan Jepang dan setelah berlangsung Perang Kemerdekaan (1945-1949).

Dalam masa perjuangan, Syuul di samping jadi dokter di RS Bethesda di Yogyakarta di bangsal penyakit dalam dan penyakit anak, juga aktif dalam pergerakan, menjadi anggota dewan pimpinan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) dan duduk dalam Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia sebagai wakil Pemuda Putri Indonesia (PPI).

Syuul mengusahakan obat dan makanan untuk para pemuda dan pejuang dan dia sendiri mengantarkannya ke Tambun (Jawa Barat), Gresik, Demak dan sekitar Yogyakarta.

Delegasi perempuan Indonesia ke All Indian Women Congress di Madras India tahun 1947. Dari kiri ke kanan: seorang lelaki, Ny. Herawati Diah, Utami Suryadarma, seorang perempuan wakil parlemen India, Ny. Sunaryo Mangunpuspito, Ny. Utari Tamsil, Ny. dr. Sulianti Saroso dan Mr. Bidu Patnaik.Foto ini koleksi pribadi Ibu Herawati Diah, dalam Kembara Tiada Berakhir. koleksi pribadi Delegasi perempuan Indonesia ke All Indian Women Congress di Madras India tahun 1947. Dari kiri ke kanan: seorang lelaki, Ny. Herawati Diah, Utami Suryadarma, seorang perempuan wakil parlemen India, Ny. Sunaryo Mangunpuspito, Ny. Utari Tamsil, Ny. dr. Sulianti Saroso dan Mr. Bidu Patnaik.Foto ini koleksi pribadi Ibu Herawati Diah, dalam Kembara Tiada Berakhir.

Pada 1947 Syuul dikirim ke India untuk menghadiri Kongres Wanita Seluruh India sebagai wakil Kowani bersama dengan Ny Utami Suryadarma. Ia menumpang pesawat terbang kepunyaan pengusaha India Biju Patnaik yang pada masa itu menjadi blockade runner, menembus blokade yang dipasang oleh Belanda.

Syuul kembali pada Juli 1948, dari New Delhi ke Bukittinggi, menuju Yogyakarta, bersama Suparto dan sekretarisnya Suripno. Syuul waktu itu tidak mengetahui bahwa Suparto sesungguhnya adalah Muso yang segera setibanya di Yogya membubarkan Front Demokrasi Rakyat (FDR) dan mengaktifkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sepak terjang Muso berakhir dalam Pemberontakan di Madiun September 1948 yang ditumpas oleh Pemerintah RI dan pada tewasnya Muso.

Mentor Syuul dalam pendidikan politik pada tahun-tahun itu adalah Subadio Sastrosatomo, anggota Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), kemudian ketua fraksi Partai Sosialis Indonesia (PSI) dalam Parlemen. Saat itu dia sempat disindir karena pengetahuannya tentang politik yang dianggap minim.

"Ibu saya, wanita biasa, lebih tahu politik daripada kau, Syuul," ujar Subadio.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com