Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulianti Saroso, Dokter dan Pejuang Kesehatan Bangsa

Kompas.com - 21/04/2022, 15:03 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

Syuul terkejut mendengar pernyataan itu, tapi dia pantang menyerah.

Setelah menikah dengan Dr Saroso Wirodihardjo, ekonom dan orang PSI, maka pengetahuan Syuul tentang politik bertambah. Kesadaran politik membantu dia tidak gentar ketika ditawan selama dua bulan oleh tentara Belanda di Yogyakarta, setelah aksi militer kedua pada Desember 1948. Ketika itu Syuul dituduh melakukan kegiatan subversif terhadap Belanda.

Setelah Perang Kemerdekaan selesai, Syuul bekerja di Kementerian Kesehatan RI dan berturut-turut dari 1951 hingga 1961 menjabat sebagai Kepala Bagian Kesejahteraan Ibu dan Anak, Kepala Bagian Hubungan Luar Negeri, Wakil Kepala Bagian Pendidikan, Kepala Bagian Kesehatan Masyarakat Desa dan Pendidikan Kesehatan Rakyat dan Kepala Planning Board.

Pada 1950 dan 1951 dia mendapat beasiswa UNICEF untuk memperdalam pengetahuan di bidang Kesehatan Masyarakat dan Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) di Inggris, Skandinavia, Amerika Serikat dan Malaysia. Ia mendapat ijazah Administrasi Kesehatan Rakyat dari Universitas London.

Lantas pada 1961-1965 dia menjadi research associate di School of Medicine, Tulane University, New Orleans, Louisiana di Amerika Serikat dengan tugas melakukan penelitian letusan histeria di suatu sekolah dan peristiwa penyakit lumpuh dan keracunan serangga di Kolombia (Amerika Latin) dan memberi kuliah epidemiologi di Tulane Medical School. Pada 1962 dia mencapai gelar MPH dan TM Master of Public Health and Tropical Medicine dengan tesis terbaik.

Pada 1965 Syuul mencapai gelar Doctor of Public Health (Epidemiologi) setelah mengadakan penelitian The Natural History of Enteropathogenic Escherichia Coli Infections.

Pada 1967 Syuul diangkat menjadi Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M) merangkap Ketua Lembaga Riset Kesehatan Nasonal. Tahun 1975 dia berhenti sebagai Dirjen P4M dan menjadi Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Setelah pada 31 Desember 1978 diberi pensiun, tanggal 1 Januari 1979 dia menjadi staf ahli Menteri Kesehatan.

Pada tahun 1973 Syuul dipilih sebagai Presiden Majelis Kesehatan Dunia di Genewa. Ia menjabat sebagai anggota Badan Eksekutif dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) periode 1971 sampai 1974.

Sebelum itu ia anggota Expert Committee of Maternity and Child Health WHO (1955-1960). Ia juga menjadi anggota Komisi PBB yang dikirim ke Afrika Barat dan Afrika Timur sebelah Selatan Sahara untuk melaporkan tentang kegiatan Community development pada 1956.

Dari 1969 hingga 1979 Syuul menjadi anggota Panitia Pakar WHO mengenai Pengawasan Internasional Penyakit Menular.

Pada 1969 Syuul menjadi profesor pada Universitas Airlangga, Surabaya dengan mengucapkan pidato pengukuhan tentang Pendekatan Epidemiologis dalam Menanggulangi Penyakit. Dia juga guru besar luar biasa pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Pada 1982 Syuul menjadi guru pada Lembaga Kedokteran Gigi dari Angkatan Laut. Dia banyak menulis karangan yang dipublikasikan dalam majalah dalam dan luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com