Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Penangkapan Ikan Terukur Mendapat Dukungan dari Akademisi IPB

Kompas.com - 10/04/2022, 09:52 WIB
Yussy Maulia Prasetyani,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sosialisasi kebijakan penangkapan ikan terukur terus dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Selain kepada kalangan nelayan dan pelaku usaha, sosialisasi juga diberikan kepada akademisi serta pengamat kelautan dan perikanan.

Salah satunya, sosialisasi yang dilakukan KKP di Institut Pertanian Bogor (IPB), Sabtu (9/4/2022).

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Muhammad Zaini Hanafi menyampaikan, kebijakan penangkapan ikan terukur akan segera diterapkan. Ini merupakan langkah pemerintah untuk mewujudkan keadilan di subsektor perikanan tangkap.

"Sebelumnya, banyak pelaku usaha yang mengeluh belum menangkap ikan sudah ditarik penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Dengan penangkapan ikan terukur, (pajak) akan diberlakukan pascaproduksi," jelasnya melalui keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Minggu (10/4/2022).

Baca juga: Tingkatkan Konsumsi Ikan, Kementerian KP Adakan Pelatihan Diversifikasi Olahan Hasil Perikanan

PNBP pascaproduksi dan sistem kontrak, kata Zaini, akan diterapkan pada kebijakan penangkapan ikan terukur. Pelaku usaha membayarkan PNBP setelah ikan didaratkan di pelabuhan perikanan sesuai dengan jumlah hasil ikan yang didapat.

Lebih lanjut Zaini menegaskan, penangkapan ikan terukur berbasis kuota tidak akan mempersulit nelayan lokal. Ia pun memastikan nelayan lokal akan tetap mendapatkan kuota sesuai kebutuhan mereka.

“Kami akan jamin itu. Nelayan lokal akan kita utamakan dan yang pertama mendapatkan kuota. Setelah itu, kuota untuk tujuan nonkomersial baru akan kami tawarkan kepada industri,” tegasnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Fredinan Yulianda menilai, kebijakan penangkapan ikan terukur merupakan langkah positif yang perlu disertai evaluasi yang mendalam.

Baca juga: KKP Percepat Penerbitan Sertifikat CPIB bagi UMKM Pemasok Perikanan

Menurutnya, kebijakan baru tidak serta-merta dapat diimplementasikan di lapangan dengan mudah sehingga perlu upaya diseminasi secara masif dan terstruktur.

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB juga mendukung upaya kerja sama dengan KKP dalam pelaksanaan penangkapan ikan terukur.

Selain itu, para mahasiswa juga akan dilibatkan untuk mendukung kebijakan tersebut dalam kegiatan praktik lapangan, riset, magang, dan pengabdian masyarakat.

Pada kesempatan yang sama, akademisi IPB Profesor Luky Adrianto menyampaikan agar simulasi penangkapan ikan terukur dilakukan dengan matang agar prosesnya dapat diukur. Ia pun meminta agar komunikasi mendalam juga terus dilakukan oleh KKP, baik secara internal maupun eksternal.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa penangkapan ikan terukur menjadi upaya pemerintah untuk mewujudkan ekonomi biru. Langkah ini juga akan memberikan keadilan dan kepastian usaha bagi para nelayan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 Suplier Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 Suplier Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

Nasional
Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

KPU Ungkap 13 Panitia Pemilihan di Papua Tengah yang Tahan Rekapitulasi Suara Berujung Dipecat

Nasional
Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen, Jokowi: Negara Lain Masuk Jurang, Kita Naik

Nasional
Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com