JAKARTA, KOMPAS.com - Pusat perbelanjaan Sarinah yang terletak di kawasan Jakarta Pusat akan kembali dibuka pada Senin (21/3/2022) hari ini.
Ini bakal menjadi hari pertama dibukanya Sarinah usai gedung tersebut ditutup sejak Mei 2020 guna renovasi besar-besaran.
"Kurang dari 24 jam sebelum pintu Sarinah Thamrin dibuka kembali untuk umum!" demikian dikutip dari akun Instagram resmi PT Sarinah, @sarinahindonesia, Minggu (20/3/2022).
"Insan Sarinah, mitra, tenant, dan berbagai pihak terkait lainnya kini sedang melakukan persiapan terakhir. Sebuah gerakan untuk membangun semangat lokalitas dan memberikan panggung bagi karya unggulan khas Nusantara," lanjut unggahan Instagram Sarinah.
Baca juga: Mengusung Tema Community Mall, Sarinah Kembali Beroperasi Hari Ini
Banyak fakta menarik mengenai Sarinah. Selain menjadi pusat perbelanjaan pertama dan tertua di Tanah Air, rupanya sejarah penamaan "Sarinah" tak lepas dari kehidupan Presiden pertama RI, Soekarno.
Konon, Sarinah berasal dari nama pengasuh Soekarno saat menghabiskan masa kecil di Jawa Timur.
Melalui bukunya yang berjudul Sarinah, Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia, Soekarno menjelaskan arti Sarinah bagi dirinya.
Menurut Soekarno, pengasuhnya memiliki karakter dan jiwa yang besar. Soekarno mengatakan, dari Sarinah, ia belajar tentang mencintai "orang kecil".
"Saya namakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terima kasih saya kepada pengasuh saya ketika saya masih kanak-kanak," demikian kata pengantar buku tersebut.
“Pengasuh saya bernama Sarinah, ia 'mbok' saya. Ia membantu ibu saya, dan dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih. Dari dia saya banyak mendapatkan pelajaran mencintai “orang kecil”. Dia sendiri pun “orang kecil”, tetapi budinya selalu besar,” tulis Soekarno.
Ketika berusia enam tahun, Soekarno kecil ikut orangtuanya pindah dari Surabaya ke Mojokerto. Di situlah dia mengenal Sarinah.
Bagi keluarga Raden Sukemi Sosrodiharjo, ayah Soekarno, Sarinah bukan pelayan dalam pengertian Barat. Sarinah dianggap bagian dari keluarga.
Sarinah tidak menikah. Selama tinggal bersama keluarga Sukemi, Sarinah juga tidak menerima gaji.
"Dia tidur bersama kami, tinggal bersama kami, memakan apa yang kami makan, tetapi dia tidak mendapat gaji sepeser pun," cerita Soekarno dalam buku Soekarno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis oleh Cindy Adams.
"Dialah yang mengajarku mengenal kasih sayang. Sarinah mengajariku untuk mencintai rakyat. Rakyat kecil," tuturnya.
Baca juga: Bung Karno, Mbok Sarinah, dan Mojokerto