Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Hasto Soal Kepedulian Soekarno dan Megawati Terhadap Masjid

Kompas.com - 13/02/2022, 06:41 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto menceritakan tengang kepedulian Presiden Pertama RI Soekarno terhadap masjid.

Kepedulian terhadap masjid itu juga dikakukan oleh putrinya, Megawati Soekarnoputri.

"Ketika beliau datang ke Uni Soviet (sekarang Rusia), beliau melihat ada suatu masjid yang begitu megah lalu diubah jadi gudang," ujar Hasto saat mengisi acara peringatan Harlah ke-96 Nahdatul Ulama (NU) yang ditayangkan secara daring pada Sabtu (12/2/2022).

Masjid yang dimaksud yakni Masjid Agung Leningrad yang kini dinamai Masjid Agung St Petersburg.

Saat Bung Karno berkunjung ke Uni Soviet pada 1956, masjid itu difungsikan sebagai gudang peralatan medis.

"Maka proteslah Bung Karno pada Nikita Krushchev (peminpin Uni Soviet saat itu). Yang akhirnya kemudian masjid yang udah diubah menjadi gudang itu akhirnya dikembalikan fungsinya menjadi masjid. Ini di belahan bumi paling utara," ungkap Hasto.

Baca juga: Cerita Hasto Soal Lambang NU yang Menginspirasi Bung Karno Soal Geopolitik Indonesia

Kemudian menurutnya sudah menjadi kehendak Tuhan bahwa Megawati Soekarnoputri membangun masjid di Afrika Selatan.

Menurut Hasto, hal itu bermula saat Megawati bertemu tokoh Afrika Selatan, Nelson Mandela.

Nelson Mandela sendiri juga terinspirasi semangat kemerdekaan Indonesia dan semangat Konferensi Asia Afrika (KAA).

Saat Nelson berkunjung ke Gedung KAA di Bandung, kata Hasto, dia menangis karena tidak ada foto sang proklamator di tempat itu.

"Lalu saat itu Bu Mega bertemu Nelson mandela, karena Nelson juga tahu bagaimana Bung Karno dicoba digelapkan dalam sejarah. Lalu Nelson memberikan gelar pahlawan kepada Bung Karno, yakni pahlawan nasional bagi Afrika Selatan," ungkap Hasto.

Suatu kali, Megawati disebut pernah bertanya kepada Nelson. Mega menanyakan mengapa Nelson begitu kuat dipenjara.

"Lalu Pak Nelson bilang, saya tahan karena di depan penjara saya ada sebuah makam. Makam dari seorang ulama Maulana Syeh Yusuf al Makassari yang rela dibuang jauh dari Tanah Air," tutur Hasto.

Baca juga: Cerita Hasto soal Bung Karno Bantu Negara-negara Islam Raih Kemerdekannya

"Tetapi beliau (Maulana Yusuf) tetap teguh pada keyakinannya bahwa Indonesia bisa merdeka. Sehingga masak saya dipenjara di tanah air saya saya tidak kuat," lanjutnya masih menirukan ucapan Nelson.

Mendengar hal itu, Megawati menyarankan agar jangan hanya Soekarno yang diapresiasi sebagai pahlawan di Afrika Selatan.

Melainkan Maulana Syeh Yusuf Al-Makassari pun sebaiknya juga diberikan penghargaan serupa.

"Lalu Bu Mega datang bertemu keluarga Syeh Yusuf dan mereka membangun masjid. Dibuatkan masjid oleh Bu Mega. Termasuk juga di Bosnia Bu Mega juga yang bangun," ungkap Hasto.

Sehingga, kata dia, apa yang dilakukan oleh Bung Karno dan Megawati sama-sama menunjukkan Islam yang membangun peradaban dan rahmatan lil alamin.

Contoh-contoh tersebut menurut Hasto menjadi kesadaran bagi kader-kader PDI-P.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Gibran Dampingi Prabowo ke Bukber Golkar, Absen Saat Acara PAN dan Demokrat

Nasional
Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Prabowo: Kita Timnya Jokowi, Kita Harus Perangi Korupsi

Nasional
Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Freeport Indonesia Berbagi Bersama 1.000 Anak Yatim dan Dhuafa

Nasional
Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Komisi V DPR Apresiasi Kesiapan Infrastruktur Jalan Nasional Capai 98 Persen Jelang Arus Mudik-Balik

Nasional
Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Pakar: Jadi Subyek yang Dituduh, Mestinya Presiden Dihadirkan pada Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Dukung Prabowo dan Megawati Bertemu, Airlangga Singgung Periode Kritis RI 10 Tahun ke Depan

Nasional
Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com