Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Anggota Komisi IX DPR Minta Pemerintah Ambil Langkah Strategis untuk Tangani Stunting

Kompas.com - 02/02/2022, 15:07 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah memastikan langkah-langkah strategis penanganan stunting yang dapat diimplementasikan di lapangan.

Sebab, kata dia, ada beberapa tantangan yang harus diatasi. Pertama adalah tidak sinkronnya data antara versi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial (Kemensos) dengan yang dimiliki Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

“Misalnya, data tentang keluarga resiko stunting. Kesalahan penafsiran data tentu dapat berakibat pada kesalahan dalam pengambilan kebijakan. Bagaimana stunting mau turun, kalau kebijakannya kurang tepat?," ujar Netty seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (2/2/2022).

Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyebut tantangan kedua adalah penyediaan infrastruktur air bersih dan jamban sehat untuk keluarga Indonesia. Terlebih, selama masa pandemi yang rentan penularan Covid-19.

Baca juga: Kisah Warga Desa Pana di NTT Alami Krisis Air Bersih, Kini Teraliri Harapan Pun Bersemi

Menurut Netty, selain kekurangan energi kronik dan gizi, penyebab stunting secara tidak langsung adalah minimnya akses air bersih dan jamban sehat.

“Bagaimana mungkin keluarga dapat memenuhi kebutuhan gizinya jika air bersih saja sulit didapat," katanya.

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat masih ada 9,79 persen rumah tangga Indonesia yang belum memiliki akses ke sumber air minum layak pada 2020.

Baca juga: Pemkot Bogor Siapkan Danau Bogor Raya sebagai Sumber Air Minum dan Pengendali Banjir

Netty menjelaskan, tantangan lain yang harus diselesaikan adalah membangun koordinasi dan kolaborasi dengan setiap pemangku kepentingan untuk bekerja seirama.

"BKKBN sebagai leading sector penurunan angka stunting harus mampu menunjukkan leadership yang kuat. Bangun sinergitas dan kolaborasi dalam menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut,” ucapnya.

Program penurunan angka stunting, kata Netty, tidak akan berhasil jika dihadapkan pada ego sektoral atau mentalitas silo dari para pemangku kepentingan.

Baca juga: Dosen Unair: ASI Mampu Cegah Bayi Stunting

Penurunan angka stunting semakin berat

Seperti diketahui, Indonesia tengah bersiap menghadapi ancaman gelombang ketiga Covid-19. Pasalnya, jumlah kasus harian harian telah mencapai 16.021 per Selasa (1/2/2022).

"Dengan ancaman gelombang ketiga, tugas BKKBN untuk menurunkan angka stunting semakin berat. Target 2024 adalah turun 10,4 persen, menjadi 14 persen. BKKBN bekerja keras mencapai target tersebut di tengah kondisi pandemi," ucap Netty dalam keterangan media, Rabu.

Sebagai solusi, Netty meminta pemerintah melakukan langkah antisipatif agar serangan gelombang ketiga Covid-19 tidak merusak program kesehatan Indonesia, termasuk target penurunan angka stunting.

Menurutnya, perhatian dan dukungan pemerintah terhadap kader penggerak sebagai ujung tombak penanganan stunting di lapangan masih kurang.

Baca juga: Direktur Gizi Kemenkes: Penanganan Stunting Harus Disesuaikan Versi Kearifan Lokal

"Kader Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan pos pelayanan terpadu (posyandu) sebagai aset berharga BKKBN perlu diberikan pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya,” jelas Netty.

Tak hanya kompetensi, lanjut dia, kesejahteraan dan jaminan sosial PLKB dan posyandu juga perlu diperhatikan. Jangan sampai pemerintah menekan kader untuk bekerja maksimal melayani masyarakat tetapi dukungan peningkatan kompetensi dan jaminan kesejahteraan diabaikan.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Barat (Jabar) 2008-2018 itu kembali meminta pemerintah tetap fokus pada upaya penurunan stunting yang disesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19 dan ancaman gelombang ketiga Covid-19.

Baca juga: SEAMEO Recfon: Ada Korelasi antara Konsumsi Tembakau dan Stunting

"Disiplin protokol kesehatan (prokes) harus tetap diingatkan pada masyarakat, diawali dari keluarga. Jangan lengah agar semua pihak tidak menyesal karena pandemi merenggut banyak hal dari kehidupan masyarakat, termasuk gagalnya program penurunan stunting," imbuh Netty.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com