Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Berada di Kawasan Cincin Api, Muhadjir Minta Masyarakat Selalu Waspada terhadap Bencana

Kompas.com - 29/10/2021, 15:08 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, bencana di Indonesia merupakan keniscayaan. 

Sebab Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kawasan wilayah Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire.

Cincin Api Pasifik adalah serangkaian gunung berapi di Samudera Pasifik, karena setidaknya terdapat 450 rangkaian gunung berapi aktif dan tidak aktif.

Menurut Muhadjir, hal itu membuat Indonesia tidak akan pernah bebas dari bencana.

"Jadi jangan bermimpi suatu saat Indonesia bebas bencana,” kata Muhadjir, dalam webinar Antisipasi dan Kesiapsiagaan dalam Menghadapi La Nina dan Bencana Hidrometeorologi, Jumat (29/10/2021).

Baca juga: Ada di Kawasan Cincin Api Indonesia Rawan Gempa, Ini Upaya Antisipasi yang Dilakukan

Ia mengatakan, Tuhan telah menakdirkan Nusantara sebagai negara yang harus hidup bersama dengan bencana.

Secara positif, Muhadjir mengatakan, hal itu dapat membuat masyarakat Indonesia menjadi semakin waspada.

“Justru akan semakin mencerdaskan kita, bikin kita selalu waspada terhadap berbagai macam kemungkinan bahaya yang mengintai bangsa ini,” ucapnya.

Mantan Mendikbud ini menyampaikan, sepanjang tahun 2020 tercatat ada sekitar 4.650 kejadian bencana.

Sedangkan, sepanjang tahun 2021 hingga 26 Oktober 2021, tercatat sudah ada 2.148 kejadian bencana.

Muhadjir mengatakan, bencana tahun 2021 didominasi oleh bencana hidrometeorologi seperti banjir, peuting beliung, dan tanah longsor.

“Di tahun 2021 sampai 26 Oktober telah tejadi 2.148 kejadian bencana, di mana 98 persen adalah merupakan bencana hidrometeorologi,” kata dia.

Baca juga: Hidup Mati di Negeri Cincin Api

Selain itu, ia mengatakan, bencana hidrometeorologi pada 2020 meningkat 8 kali lipat daripada 2005.

Oleh karena itu, ia mengingatkan, penanggulangan terhadap bencana hidrometeorologi harus menjadi fokus bersama semua pihak.

“Tidak hanya saat darurat atau pasca-bencana namun juga pada tahap pra-bencana atau kesiapsiaagan menghadapi bencana,” imbuh dia.

Muhadjir menilai, ancaman hindrometeorologi seharusnya tidak berubah menjadi bencana.

Ia berpandangan, pemahaman yang baik terkait risiko ancaman bencana hidrometeorologi diperlukan untuk memutus kejadian bencana yang terjadi secara berulang.

Edukasi dan sosialisasi ke masyarakat, lanjut dia, juga diperlukan sehingga masyarakat bisa lebih memahami dan menyadari lingkungannya dan potensi bencana yang kemunginan terjadi di wilayahnya.

“Karena salah satu upaya mitigasi dengan memahami cuaca lingkungan tempat kita tinggal, memahami pola perilakui alam sehingga dapat mengurangi kemungkinan bencana hidrometeorologi yang datang sewaktu-waktu itu,” ujarnya.

Baca juga: Hidup di Lingkaran Cincin Api Pasifik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com