Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satgas Covid-19: Varian Delta Lebih Menular, dari 1 Orang Bisa ke 5 Orang

Kompas.com - 07/07/2021, 14:34 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi mengatakan, varian delta atau B.1.617.2 lebih menular daripada varian Alpha B.1.1.7.

Ia mengatakan, jika varian Alpha bisa menular dari satu orang ke tiga orang lainnya, varian Delta bisa menularkan virus lebih besar.

"Kalau varian awal (yang terdeteksi di Wuhan) 1 orang bisa menularkan pada 2 orang, varian Alpha itu 1 orang bisa menularkan pada 3 orang. Kalau varian Delta itu 1 orang bisa menularkan pada 5 orang," kata Sonny dalam diskusi secara virtual yang digelar Lembaga survei Median, Rabu (7/7/2021).

Baca juga: Satgas Jelaskan Kondisi Kapasitas Tempat Isolasi Covid-19 di DKI Jakarta

Sonny mengatakan, penularan varian-varian Corona yang terjadi di beberapa daerah berdampak pada peningkatan kasus Covid-19, selain juga akibat tingginya mobilitas masyarakat selama Lebaran 2021.

"Ketika mobilitasnya tinggi, terjadi penurunan kepatuhan protokol kesehatan, ketemu varian Delta jadi masif penularannya, itu yang menyebabkan sekarang lonjakannya luar biasa," ujarnya.

Oleh karenanya, Sonny mengatakan, masyarakat harus melakukan perubahan perilaku dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Ia mengakui, tidak mudah untuk mengubah perilaku masyarakat, namun hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan edukasi dengan baik dan motivasi.

"Jadi kami coba lakukan itu dengan menyebarluaskan pengetahuan. Kami turunkan duta perubahan perilaku, saya waktu itu mikir gimana caranya ya, harus berbagai media dan kita turunkan pasukan dari duta perubahan perilaku," pungkasnya.

Untuk diketahui, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes mengungkap hingga 6 Juli 2021 terdapat 436 kasus terkonfimasi positif Covid-19 akibat varian Delta.

Sebanyak 436 kasus positif Covid-19 dengan Varian Delta ini tersebar di 9 Provinsi.

DKI Jakarta tercatat paling tinggi dengan temuan 195 kasus Covid-19 akibat Varian B.1.617.2 tersebut.

"Menyusul Jawa Barat 134 kasus, Jawa Tengah 80 kasus, Jawa Timur 13 kasus, Banten 4 kasus, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur masing-masing 3 kasus, dan Gorontalo 1 kasus," demikian bunyi data tersebut yang dikutip dari laman Resmi Balitbangkes, Selasa (6/7/2021).

Data Balitbangkes juga melaporkan terdapat 51 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 akibat varian Alpha atau B.1.1.7 asal Inggris.

Data yang sama menunjukkan, varian Alpha terdeteksi di 10 provinsi yaitu DKI Jakarta sebanyak 33 kasus, Jawa Barat 9 kasus, Jawa Timur 2 kasus.

Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Riau, dan Sumatera Utara dan Sumatera Selatan masing-masing satu kasus.

Baca juga: Sebaran Varian Alpha, Beta, Delta, Eta, Kappa dan Iota di Indonesia Data 6 Juli 2021

Kemudian, sebanyak 57 kasus Covid-19 akibat Varian Beta atau B.1.351 asal Afrika Selatan terdeteksi di 9 provinsi.

Dari jumlah tersebut, kasus positif Covid-19 dengan Varian Beta paling banyak terdeteksi di DKI Jakarta sebanyak 38 kasus.

Menyusul, Jawa Barat 9 kasus, Jawa Timur 3 kasus, Bali 2 kasus. Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Riau, dan Sumatera Utara masing-masing satu kasus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com