JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono meminta agar vaksinasi Covid-19 diprioritaskan kepada para target yang belum mengikuti vaksinasi.
Hal itu disampaikan Miko merespons usulan agar para tenaga kesehatan disuntik dosis ketiga vaksin Covid-19 di tengah menggilanya kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir.
"Sekarang belum ada legalisasi maka yang harus kita lakukan menyuntikkan targetnya dulu," kata Miko dalam acara diskusi yang ditayangkan akun YouTube Alinea ID, Kamis (1/7/2021).
Baca juga: Kemenkes: WHO Belum Rekomendasikan Pemberian Vaksin Dosis Ketiga
Miko mengatakan, rencana penyuntikkan dosis ketiga vaksin Covid-19 harus dipertimbangkan secara matang-matang, salah satunya harus mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Kemudian WHO atau yang punya vaksin, China, sudah merekomendasikan pemberian dosis ketiga begitu, masalahnya belum ada secara formal atau penelitian yang memberikan (izin) dosis ketiga," ujar Miko.
Di samping itu, Miko mengingatkan bahwa stok vaksin di Indonesia masih terbatas sehingga vaksin semestinya diprioritaskan kepada mereka yang belum divaksinasi.
"Kalau vaksinnya cukup kita mau ngapain saja boleh, ini masalahnya vaksinnya terbatas. Jadi kita harus prioritaskan mana yang disuntik duluan," kata dia.
Baca juga: Diteliti, Suntikan Ketiga Vaksin Sinovac dan Potensinya Tingkatkan Antibodi
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto berharap pemerintah mengambil kebijakan agar para dokter dan tenaga kesehatan mendapatkan vaksin Covid-19 dosis ketiga atau booster, sehingga jika dokter dan nakes terpapar Covid-19 akan mengalami gejala ringan.
"Jadi ini diupayakan melindungi dokter dan tenaga kesehatan agar tidak terinfeksi," dalam diskusi secara virtual, Selasa (29/6/2021).
Ia menyebut, sudah ada ratusan dokter yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19, padahal beberapa dokter tersebut telah mendapatkan vaksinasi Covid-19.
"Ini sebagian besar dokter yang meninggal sudah divaksin dua kali, artinya ini terkait efikasi vaksin," kata Slamet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.