JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, dampak perubahan efikasi vaksin Covid-19 akibat varian baru virus corona tidak membuat efektivitas vaksin menurun sampai di bawah 50 persen.
Efikasi sebesar 50 persen merupakan ambang batas minimal efektivitas yang ditoleransi oleh WHO untuk sebuah produk vaksin yang dinilai layak digunakan.
"Bahwa perubahan efikasi vaksin sebagai pengaruh varian baru itu tidak membuat besar efikasi turun di bawah 50 persen," ujar Wiku dalam keterangan pers virtual pada Selasa (1/6/2021).
"Bahkan beberapa di antaranya masih memiliki efikasi di atas 90 persen," kata dia.
Baca juga: Jabodetabek Masuk Prioritas Vaksinasi Covid-19, tetapi Suplai Vaksin di Bogor Rendah
Menurut Wiku, fakta tersebut patut menjadi pengetahuan bagi banyak pihak.
Hal itu pun diharapkan dapat jadi dasar untuk bersikap siaga dan antisipatif terhadap penularan Covid-19.
"Khususnya untuk kasus-kasus importasi (penularan Covid-19 dari luar negeri) dengan sumber daya yang ada. Bukan malah jadikan kita pesimis atau panik," kata dia.
Lebih lanjut, Wiku menyampaikan dampak sejumlah varian baru virus corona terhadap efikasi dari beberapa vaksin Covid-19 yang kini dipakai masyarakat dunia.
Hal ini berdasarkan kepada studi yang dilakukan beberapa peneliti dari badan kesehatan dunia (WHO).
Pertama, varian B.1.1.7 dari Inggris mempengaruhi efikasi vaksin Astrazeneca.
Kedua, varian B.1.351 mempengaruhi efikasi vaksin Moderna, Pfizer, Astrazeneca, dan Novavax.
Ketiga, varian P1 dari Brazil dan Jepang mempengaruhi efikasi vaksin Moderna dan Pfizer.
Baca juga: Penjelasan Satgas Covid-19 soal Pengaruh Varian Baru Virus Corona terhadap Efikasi Vaksin
Keempat, varian B.1.617 mempengaruhi efikasi vaksin Moderna dan Pfizer.
Meski demikian, Wiku menegaskan bahwa pengaruh varian terhadap efikasi masih bersifat sementara dan masih bisa berubah.
"Tergantung hasil studi lanjutan yang dilakukan. Prinsipnya, perubahan efikasi beberapa jenis vaksin terjadi karena seluruh vaksin yang dikembangkan dan digunakan saat ini masih menggunakan virus yang belum bermutasi atau original varian dari Wuhan di mana virus corona pertama kali ditemukan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.