JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Kedeputian Bidang Logistik dan Peralatan mengirimkan bantuan logistik untuk bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (5/4/2021).
Kepala BNPB Doni Monardo menguraikan rincian jenis bantuan yang dibawa pihaknya dari Jakarta menuju Larantuka, bebrapa di antaranya adalah selimut, makanan siap saji hingga obat-obatan.
"Bersama dengan pesawat juga ada barang-barang logistik yang dibutuhkan seperti selimut, makanan siap saji hingga obat-obatan," kata Doni dalam keterangannya, Senin (5/4/2021).
Baca juga: Terkendala Cuaca, Rombongan BNPB Bergerak ke Lokasi Bencana NTT Lewat Jalur Darat
Bantuan itu dibawa rombongan BNPB yang bertolak dari Jakarta, Senin pagi sekitar pukul 05.00 WIB.
Kemudian, beberapa sisanya akan dikirimkan secara bertahap pada hari yang sama menggunakan ekspedisi udara.
Doni mengungkapkan, rincian jenis bantuan yang dikirimkan di antaranya makanan siap saji sebanyak 1.002 paket, makanan tambahan gizi 1.002 paket, dan makanan lauk pauk 1.002 paket.
Selain itu, ada pula selimut 3.000 lembar, sarung 2.000 lembar, alat tes cepat antigen 10.000 unit, masker kain 1.000 lembar dan masker medis 1.000 lembar.
Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, informasi terkini terkait bencana banjir bandang dan longsor di Flores Timur telah memakan korban sebanyak 62 orang meninggal dunia.
Baca juga: UPDATE Korban Banjir dan Longsor di Flores Timur, NTT: 62 Warga Ditemukan Meninggal, 4 Masih Dicari
"Data mengenai para korban dan masyarakat terdampak masih dapat berubah mengikuti perkembangan di lapangan," ujar Raditya.
Lanjutnya, kerugian materiil yang dilaporkan dalam bencana tersebut meliputi 17 unit rumah hanyut, 60 unit rumah terendam lumpur, 5 jembatan putus, puluhan rumah terendam banjir di Kecamatan Adonara Barat dan ruas jalan Waiwadan-Danibao dan Numindanibao terputus di empat titik.
Raditya mengungkapkan, hingga hari ini, akses transportasi menuju titik lokasi bencana menjadi kendala dalam proses evakuasi dan pengiriman bantuan.
"Akses transportasi menuju titik lokasi kejadian hanya dapat dicapai menggunakan moda penyeberangan laut ke Pulau Adonara," tuturnya.
Selain itu, kata dia, jaringan komunikasi dan internet dilaporkan juga tidak stabil sehingga menyulitkan tim lapangan dalam pelaporan kondisi terkini.
Baca juga: Kepala BNPB Bertolak ke NTT Tinjau Lokasi Bencana Banjir dan Longsor