JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR Arsul Sani menilai, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah membangun tradisi yang baik dengan berkunjung ke markas Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan PP Muhammadiyah.
Menurut Arsul, kunjungan itu menunjukkan sikap Sigit yang siap mendengar aspirasi masyarakat.
"Tradisi silaturahmi seperti ini akan menumbuhkan kebiasaan bagus bahwa menjadi pejabat itu yang pertama perlu dimiliki adalah sikap kesediaan mendengar, bukan minta didengarkan," kata Arsul saat dihubungi, Senin (1/2/2021).
Dia berharap, apa yang dimulai Sigit bisa menjadi suatu kebiasaan yang dilembagakan bagi semua pejabat yang tugas dan fungsinya bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Baca juga: Kapolri Listyo Sigit Bertemu Panglima TNI, Bahas Sinergisitas dan Soliditas
Selain bisa mendengar aspirasi masyarakat, kesempatan tersebut bisa digunakan untuk menyampaikan pesan dan program yang akan dijalankan.
"Mudah-mudahan hal baik yang telah dimulai oleh Kapolri ini akan terus berlanjut, sehingga beliau mendapat masukan dan aspirasi langsung bukan sekedar melalui jajarannya saja," tutur Arsul.
Diberitakan, Listyo Sigit Prabowo menyambangi markas PBNU dan PP Muhammadiyah setelah dilantik sebagai Kapolri oleh Presiden Joko Widodo, Rabu (27/1/2021).
Dalam kunjungan tersebut, Sigit mengajak agar semua elemen masyarakat dapat saling bekerja sama dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Salah satu bentuk kerja sama itu yakni dengan penguatan sinergi antara kepolisian dan elemen masyarakat.
"Tadi kita diberikan akses sampai ke cabang untuk bisa bersinergi, jadi kapolsek dengan pengurus NU cabang, kemudian kapolres dengan pengurus NU di atasnya, sampai dengan polda, dan kami Kapolri bersinergi dengan pimpinan pusat PBNU Pak Kiai Said Aqil,” ujar Sigit di Jakarta Pusat, Kamis (28/1/2021).
Baca juga: PP Muhammadiyah Dukung Program Kapolri Listyo Sigit soal Moderasi Beragama
Sementara itu, saat bertemu dengan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, Sigit menyatakan, penerapan moderasi beragama dapat berfungsi untuk mengatasi masyarakat yang terpapar paham radikal dan intoleran dengan menggunakan pendekatan yang lunak.
"Pemahaman tentang moderasi beragama tentunya jauh lebih bermanfaat daripada kita melakukan pendekatan-pendekatan yang bersifat hard (keras)," terang Sigit, Jumat (29/1/2021).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.