Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

387 Pasien Covid-19 Meninggal dalam Sehari, Anggota DPR: Waktunya Evaluasi Menyeluruh

Kompas.com - 28/01/2021, 09:49 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Netty Prasetiyani mengatakan, kenaikan angka kematian akibat Covid-19 menunjukkan pemerintah tidak berhasil menurunkan angka mortalitas.

"Jika hari ini angka kematian semakin tinggi, artinya pemerintah gagal melakukan penurunan angka mortalitas. Bahkan, kematian mencapai angka tertinggi 387 kasus," kata Netty saat dihubungi, Kamis (28/1/2021).

Dengan data yang tak ada tanda-tanda membaik, Netty menuturkan, perlu adanya kebijakan yang didasari pada evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan. 

Baca juga: IDI: Hingga 27 Januari, 647 Tenaga Kesehatan Meninggal akibat Covid-19

Sudah waktunya pemerintah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kebijakan-kebijakan yang tengah diterapkan. Apa yang salah dari kebijakan yang sudah diterapkan, sebaiknya segera direvisi," ujarnya. 

Pandemi, kata dia, tidak dapat ditangani dengan cara-cara setengah hati. Diperlukan kebijakan berbasis saintifik, ilmiah, dan terukur, bukan sekadar kebijakan populis non-saintifik.

"Apalagi hanya bersifat gimmick," ujarnya.

Netty mengingatkan pandemi hampir berjalan satu tahun, tetapi korban masih berjatuhan dan kapasitas rumah sakit hampir penuh.

Oleh karenanya, ia meminta pemerintah dan seluruh Kementerian dan lembaga yang terlibat, lebih tegas dalam penanganan Covid-19.

"Pelaksanaan PSBB yang diperketat, penyiapan RS lapangan, rekrutmen tenaga kesehatan dengan kebijakan yang afirmatif, menyiapkan obat-obatan protokol Covid-19 yang diperlukan, dan melaksanakan vaksinasi," ucapnya.

Lebih lanjut, Netty mempertanyakan pernyataan Presiden Joko Widodo yang menilai Indonesia mampu mengendalikan pandemi Covid-19.

Ia mengatakan, seharusnya Presiden Jokowi melihat fakta empirik seperti antrean rawat inap di rumah sakit dan tingginya angka kematian.

"Kita khawatir itu (klaim presiden) hanya sebatas asumsi yang tidak berangkat dari fakta empirik yaitu tingginya kasus, antrian rawat inap pasien positif, tingginya angka mortalitas," tuturnya.

"Tak terbantahkan bahwa kita belum mampu menangani pandemi dengan baik," imbuhnya.

Sebelumnya, data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 hingga Rabu (27/1/2021) mencatat penambahan pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 sebanyak 387 kasus.

Baca juga: Satgas Akui Program Vaksinasi Covid-19 Berjalan Lambat di Awal

Penambahan ini merupakan angka tertinggi terhitung sejak pandemi melanda Indonesia. Dengan demikian, total pasien meninggal dunia yaitu 28.855 orang.

Dalam data yang sama, terjadi penambahan sebanyak 11.948 kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Sehingga, total jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 1.024.298 kasus.

Kemudian, terjadi penambahan penambahan pasien sembuh sebanyak 10.974 orang. Maka, total pasien sembuh menjadi 831.330 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com