JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Restorasi Gambut (BRG) melakukan edukasi masyarakat tentang pentingnya mengolah lahan gambut secara baik dan benar tanpa pembakaran lahan.
Menurut Kepala Sub Direktorat Mitigasi Struktural BNPB Radito Pramono, hal itu bisa mencegah terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Bencana karhutla bisa diantisipasi. Jika sebelumnya paradigma bencana dari responsif atau ketika terjadi bencana baru dilakukan tindakan, sekarang mulai berubah menjadi tindakan preventif," kata Radito melalui keterangan tertulis yang dikutip, Sabtu (28/11/2020).
Baca juga: Greenpeace: 4,4 Juta Hektar Lahan Terbakar dalam Karhutla 2015-2019
"Yaitu mencegah terjadinya bencana dalam hal bencana karhutla dilakukan pencegahan dengan mengedukasi masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar," lanjut dia.
Radito mengungkapkan, memang pada 2020 ini bencana karhutlah cenderung menurun dibanding tahun 2019.
Namun, lanjut dia, kegiatan mitigasi partisipatif karhutla harus tetap dilaksanakan selain untuk mencegah terjadinya karhutla, kegiatan ini juga bisa menjadi alternatif meningkatkan perekonomian masyarakat tanpa merusak lingkungan.
Baca juga: Sumbar Siaga Karhutla, Sepanjang 2020 Ditemukan 6 Titik Panas
"Meskipun karhutla hampir terjadi setiap tahun, tahun ini trendnya mengalami penurunan yang hanya seluas 15.442 hektar, tetapi tetap perlu melakukan pencegahan dengan tujuan kedepannya tidak terjadi lagi membuka lahan dengan cara dibakar," ujarnya.
Adapun sebelumnya kegiatan mitigasi partisipatif karhutla telah dilaksanakan di lima lokasi, yaitu di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat, Kabupaten Balangangan Kalimantan Selatan.
Kemudian Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan dan sejak 25 hingga 27 November 2020 dilakukan di Desa Petodoan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Kegiatan ini senada dengan imbauan Kepala BNPB Doni Monardo tentang tiga langkah pencegahan karhutla.
Pertama mengembalikan kodrat gambut yang basah, berair, dan berawa. Kedua, mengubah perilaku agar masyarakat mengintervensi pihak yang berupaya membakar lahan untuk membuka lahan.
Serta yang ketiga, membentuk satuan tugas (Satgas) di setiap daerah untuk memantik kepedulian dalam penanganan bencana.