Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IBC: DPR Tiap Tahun Sama, Rencana Tinggi tetapi Minim Realisasi

Kompas.com - 24/11/2020, 19:02 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com -  Direktur Eksekutif Indonesia Budget Center (IBC), Roy Salam menilai kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak menunjukkan perubahan dalam hal rencana dan realisasi.

Ia menyebut, DPR selalu memiliki banyak rencana, tetapi minim realisasinya. Hal ini terwujud dari target program legislasi nasional (prolegnas) yang tidak mencerminkan kapasitas dan waktu sidang DPR.

"Kami melihat bahwa problem legislasi DPR ini kan dalam konteks target terus kemudian rencananya selalu dibuat tinggi. Masalahnya setiap tahun selalu sama, rencana tinggi tapi minim realisasinya, rendah," kata Roy dalam webinar bertajuk "Potret Kinerja Legislasi 2021 di Tengah Ancaman Pandemi Dan Kemunduran Demokrasi" Selasa (24/11/2020).

Baca juga: Proses Legislasi UU Cipta Kerja Dinilai Buruk, YLBHI: Seolah-olah Kita Enggak Punya Tata Negara

Roy menyebutkan bahwa target prolegnas DPR selalu di atas 30-50 RUU setiap tahunnya. Namun, ia menilai, pada praktiknya DPR tidak bisa menjawab ekspektasi tersebut.

Roy mengakui bahwa penyusunan prolegnas tidak hanya usulan DPR. Ada juga yang berasal dari Pemerintah dan juga pertimbangan DPD.

"Tapi kan seharusnya problem-problem itu sudah harus mulai ditepis dan mulai ada satu perencanaan yang lebih realistis dengan melihat kapasitas DPR, termasuk juga waktu sidang," jelasnya.

Selain itu, ia juga menilai partisipasi publik terhadap rancangan undang-undang (RUU) yang masih minim.

Roy mengungkapkan masih banyaknya publik yang belum bisa mengakses informasi mengenai RUU termasuk hasil akhir pembahasan. Padahal, kata dia, dukungan anggaran legislasi selalu cukup setiap tahunnya.

IBC sendiri mencatat bahwa DPR setiap tahun menganggarkan kegiatan pembuatan RUU baik pengusulan, penyusunan, pembahasan, dan penetapan dengan dukungan badan keahlian sebesar Rp 314,4 miliar atau 6 persen dari total anggaran DPR.

"Namun kita lihat di situ, realisasi dari DPR masih jauh banget. Bahkan tidak sampai 50 persen yaitu 48 persen dari total anggaran legislasi tiap tahunnya," ungkap Roy.

Ia melanjutkan, hal ini membuktikan bahwa ada masalah dalam perencanaan anggaran legislasi. Oleh karena itu, Roy berharap terkait perencanaan anggaran legislasi yang dibuat sebaik mungkin, terutama melibatkan partisipasi publik.

Di sisi lain, Roy juga mengingatkan, target Prolegnas ke depan harus dibuat lebih realistis dengan memperhitungkan dampak pandemi.

Baca juga: Sikap Meremehkan Kesalahan UU Cipta Kerja Dinilai Kerdilkan Proses Legislasi

Selain itu, Prolegnas juga dinilai harus mengutamakan RUU yang mendukung percepatan perbaikan tata kelola keuangan negara, layanan publik, masyarakat adat.

"Misalnya RUU HPKD, RUU SPPN, RUU Otsus Provinsi Papua," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus melaporkan, DPR baru mengesahkan tiga RUU dari 37 RUU prioritas tahun 2020.

Menurut dia, hal ini menunjukkan adanya kecenderungan DPR memprioritaskan RUU yang memiliki kepentingan politik.

"Misalnya kita bisa catat RUU Cipta Kerja, dan RUU Minerba. Dua contoh ini sekaligus ingin mengatakan bahwa kalau kita mengatakan DPR ini malas, sesungguhnya itu tidak tepat banget. Karena faktanya RUU Ciptaker dengan ratusan pasal saja bisa selesaikan tidak sampai satu tahun," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com