Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Andalkan BPJS Kesehatan, Pria Ini Berjuang Sembuh dari Gagal Ginjal

Kompas.com - 25/10/2020, 16:28 WIB
Maria Arimbi Haryas Prabawanti,
Alia Deviani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Renolt (48) seorang penderita gagal ginjal, tak putus asa menjalani hemodialisa hingga cangkok ginjal agar bisa sembuh seperti sedia kala.

Semua berawal pada Oktober 2017, ketika kondisi Renolt tiba-tiba drop. Saat itu, dia berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi Semarang.

“Di sana saya divonis gagal ginjal kronis, sehingga harus menjalani dialysis hemodialisa (HD),” kata Renolt, saat diwawancara Kompas.com melalui telepon, Jumat (16/10/2020).

Sebagai informasi, hemodialisa atau cuci darah merupakan prosedur yang dilakukan untuk menggantikan fungsi ginjal dalam menyaring darah.

Baca juga: Tanpa Harus Keluar Rumah, Layanan BPJS Kesehatan Bisa Diakses lewat Pandawa

Renolt sendiri harus menjalani hemodialisa di Semarang karena rumah sakit di daerah asalnya Lamandau, Kalimantan Tengah (Kalteng), fasilitasnya kurang memadai.

Kemudian karena dia berobat menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), rumah sakit setempat pun merujuk Renolt ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi Semarang

Menuruti anjuran dokter, Renolt melakukan hemodialisa di beberapa rumah sakit di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

“Saya sempat menjalani hemodialisa di RS Telogorejo Semarang, Pangkalan Bun, dan Palembang, sebelum akhirnya ke RS Awal Bros Palangkaraya,” ujar Renolt.

Baca juga: Penugasan Khusus BPJS Kesehatan, Tuntaskan Verifikasi Klaim Covid-19

Renolt bercerita, dalam sekali hemodialisa, dia membutuhkan waktu kurang lebih 4 hingga 5 jam. Hemodialisa itu dilakukannya seminggu dua kali, tepatnya setiap Senin dan Kamis pada pukul 07.00 hingga 12.00.

“Upaya ini saya lakukan karena kalau tidak menjalani hemodialisa, badan terasa sangat lemah, bahkan berjalan saja sulit dan sempoyongan,” ujar Renolt, yang saat ini tinggal di Jalan Mawar Nomor 051, 12 Nanga Bulik, Bulik, Kabupaten Lamandau, Kalteng.

Dalam menjalani hemodialisa, Renolt juga mengiringinya dengan pola makan sehat dan minum secara teratur agar fungsi ginjalnya tetap stabil.

“Minumnya maksimal 600 mililiter (ml) atau segelas kecil dan tidak boleh makan makanan yang mengandung kalium,” jelasnya.

Baca juga: Indeks Kepuasan atas BPJS Kesehatan Capai Skor 84 Persen

Meski telah menjalani hemodialisa cukup lama, Renolt mengaku, pengobatan tersebut hanya bersifat membantu kerja organ ginjal, bukan menyembuhkan penyakitnya.

“Awalnya, saya kira hemodialisa ini bisa menyembuhkan, ternyata tidak. Jadi ibaratnya tubuh seperti mesin karena organ ginjalnya sudah rusak. Jadi ya harus dibantu agar bisa bertahan,” tuturnya.

Namun, Renolt tak putus asa. Dia terus mencari cara untuk sembuh dengan bertanya kepada rekan-rekan seperjuangan dan para dokter.

Halaman:


Terkini Lainnya

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com