JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro memastikan, mutasi virus corona Sars-Cov-2 menjadi D614G tidak akan mengganggu upaya pengembangan vaksin yang saat ini tengah dilakukan.
"Mutasi virus ini tidak menganggu upaya pengembangan vaksin," kata Bambang dalam keterangan pers yang disiarkan di akun YouTube BNPB, Rabu (2/9/2020).
Bambang yakin, vaksin yang saat ini dikembangkan tetap bisa menangkal berbagai mutasi virus Sars-Cov-2, termasuk mutasi D614G.
Sebab, mutasi virus ini diketahui tidak membuat struktur virus berubah.
Baca juga: UGM Temukan Mutasi Covid-19 di Jawa Tengah dan Yogyakarta
"Mutasi tak mempengaruhi perubahan struktur maupun fungsi dari RBD, reseptor binding domain," kata dia.
Oleh karena itu, Bambang meminta masyarakat tidak perlu kahawatir.
Pengembangan vaksin merah putih yang dilakukan oleh lembaga molekuler Eijkman dan sejumlah perguruan tinggi masih akan terus berjalan seperti biasa.
Saat ini, vaksin merah putih dalam tahap benih vaksin dan prosesnya sudah 30-40 persen. Vaksin itu ditargetkan tersedia pada pertengahan tahun 2021.
Begitu juga vaksin yang dikembangkan perusahaan asal China Sinovac Biotech Ltd bekerjasama dengan biofarma tetap akan berjalan.
Saat ini, pengembangan vaksin tersebut sudah memasuki uji klinis fase III yang dilakukan di Bandung, Jawa Barat. Vaksin ditargetkan tersedia pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Kelompok Penelitian Virus Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF) menemukan mutasi virus corona D614G juga ada di Indonesia.
Mutasi D614G adalah jenis virus corona yang 10 kali lebih menular dibanding jenis lain.
Baca juga: Mutasi Virus Corona Lebih Menular juga Dilaporkan di Negara Ini
Tim PNF menganalisis seluruh jenis virus corona di Indonesia dari data sekuens genom virus corona yang dimuat di Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
Mereka menemukan, penyebaran virus corona jenis D614G sudah ada sejak SARS-CoV-2 pertama kali dikonfirmasi di Indonesia.
"Mutasi D614G sudah ada sejak awal virus (corona) itu di Indonesia, sejak Maret 2020. Perkiraan saya, sekarang lebih banyak lagi," kata Prof Chairul Anwar Nidom yang merupakan ketua tim riset kepada Kompas.com, Sabtu (29/8/2020).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.