JAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat dinilai tidak dapat sepenuhnya disalahkan saat ruang publik ramai di tengah masa penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah.
Pakar hukum tata negara Bivitri Susanti mengungkapkan, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat di hadapan hukum salah satunya konsistensi pemerintah dalam menjalankan peraturan.
"Saya kira tidak adil kalau sepenuhnya menyalahkan masyarakat yang sudah mulai berdesak-desakan di pasar, berdesak-desakan di bandara dan seterusnya. Saya kira itu sebabnya ada akar masalahnya karena peraturan yang berubah-ubah, tidak konsisten," kata Bivitri dalam sebuah acara diskusi online, Rabu (20/5/2020).
Baca juga: Gubernur Riau, Kapolda hingga Danrem Turun ke Dumai Tinjau PSBB
Sikap tidak konsisten Pemerintah itu, kata Bivitri, tercermin dari simpang siurnya beberapa kebijakan yang diwacanakan pemerintah selama pandemi Covid-19 antara lain soal boleh-tidaknya mudik hingga wacana pegawai BUMN berusia di bawah 45 untuk kembali berkantor.
Bivitri mengatakan, sikap tidak konsisten itu membingungkan dan akhirnya membuat masyarakat tidak acuh lagi dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah.
"Jadi kalau dari pemerintahnya sendiri enggak konsisten, enggak terukur, memberikan komunikasi yang berbeda-beda, tentu saja masyarakat juga menjadi 'ya sudahlah kita keluar saja, kan sudah mau Lebaran nih," kata Bivitri.
Ia juga mengingatkan bahwa keramaian yang terjadi akhir-akhir ini boleh jadi disebabkan karena banyak masyarakat yang tak punya pilihan hidup untuk tetap bertahan di rumah.
"Katanya stay at home, kalau home-nya enggak ada gimana? Katanya work form home, kalau work-nya enggak bagaimana, di-PHK, mau work from home bagaimana," kata Bivitri.
Baca juga: PSBB Parsial Cianjur Diperpanjang, Sanksi Dipertegas Pasca-Lebaran
Oleh karena itu, ia mendorong Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat agar masyarakat tidak perlu lagi keluar rumah untuk mendapat penghasilan.
Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir terdapat peningkatan keramaian di ruang publik sebuah wilayah meski daerah tersebut masih menerapkan PSBB.
Beberapa contoh keramaian tersebut antara lain pada acara penutupan gerai restoran cepat saji McDonald's di Sarinah, Jakarta Pusat, serta penumpukan penumpang di Bandara Soekarno Hatta.
Kerumunan juga tampak di sejumlah pusat perbelanjaan di beberapa daerah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.