Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanri Abeng Sebut Politisasi Jadi Masalah BUMN di Indonesia

Kompas.com - 18/05/2020, 16:29 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Tanri Abeng menilai bahwa pengelolaan BUMN di Tanah Air masih terkait dengan politisasi.

Menteri BUMN periode 1998-1999 itu mengatakan, idealnya perusahaan BUMN memang tidak dibikin ruwet dengan birokratisasi dan politisasi.

"Tapi kenyataannya tidak bisa dihilangkan sama sekali. Di Indonesia masalahnya politisasi," kata Tanri Abeng dalam diskusi "Mobilisasi Kekuatan Sumberdaya BUMN di masa Pandemi Covid-19", Senin (18/5/2020).

"Perusahaan BUMN hanya tergantung manajemennya, kalau manajemennya diobok-obok karena ada intervensi macam-macam maka tidak akan optimal kinerjanya," ujar dia.

Baca juga: Dahlan Iskan: BUMN Harus Fokus Selamatkan Ekonomi Saat Pandemi Covid-19

Oleh karena itu, yang bisa menghilangkan praktik politisasi BUMN adalah revitalisasi total dan menjadikan perusahaan BUMN go public.

Namun, hal tersebut juga tidak mudah karena belum tentu negara mau melepaskan perusahaan BUMN.

"Kalau kita ingin jual saham-saham yang sudah untung, dikritik. Ini masalah politik sehingga ini kembali pada keputusan politik maunya bagaimana," kata dia.

Jika ingin membandingkan dengan perusahaan Singapura seperti Temasek, kata dia, maka BUMN di Tanah Air harus ada yang menangani sektor untuk bidang komersial.

Tujuannya adalah untuk mengembangkan profit dengan nilai yang tinggi.

"Kita belum sampai ke sana, masih campur baur semua ini. Kita harus jelas, BUMN kita apa misinya," ucap Tanri Abeng.

"Kalau misinya untuk pengembangan profibilitas dan profit nilai, jangan dicampur dengan BUMN di sektor-sektor lain," kata dia.

Baca juga: Dahlan Iskan Sebut BUMN Harus Introspeksi Terkait Peran Ketahanan Nasional

Hal senada disampaikan mantan Menteri BUMN periode 2011-2014 Dahlan Iskan.

Dahlan mengatakan, meskipun BUMN dibuat secara holding, tetapi hal tersebut tidak akan menghindari BUMN dari intervensi politik.

"Manfaat dari segi menghindari intervensi politik dan kesibukan tak produktif tidak ada, tapi manfaat lain banyak termasuk konsilidasi keuangan, manajemen, dan seterusnya," kata dia.

Ia mengatakan, sistem kemampuan dari BUMN itu sendiri memang selalu dipertanyakan.

Terutama, apakah BUMN bisa seperti perusahaan swasta.

"System ability memang selalu dipertanyakan, apakah BUMN bisa seperti perusahaan swasta? Begitu punya program besar bisa berkelangsungan? Belum tentu, karena BUMN sangat berkaitan dengan politik sehingga ketika politik berubah, BUMN juga berubah," kata Dahlan Iskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Nasional
Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com