JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute, Amin Soebandrio mengaku khawatir jika pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak dilaksanakan secara maksimal justru akan bermasalah di kemudian hari.
"Yang saya khawatirkan adalah fenomena kita menekan balon. Jadi kita tekan di sini munculnya di tempat lain," kata Amin dalam sebuah diskusi virtual di Jakarta, Minggu (3/5/2020).
Sebagai contoh, pelaksanaan PSBB di DKI Jakarta. Sebelumnya, menurut pakar epidemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono, PSBB di Ibu Kota cukup efektif untuk menekan penyebaran Covid-19.
Baca juga: Penerapan PSBB secara Maksimal Dinilai Efektif Tekan Penyebaran Covid-19
Pandu mengatakan, sekitar 60 persen warga DKI Jakarta bersedia untuk tetap berada di rumah selama penerapan PSBB.
Namun, di sejumlah wilayah, seperti di Jawa Tengah, tingkat kepatuhan warga untuk tetap berada di rumah masih di bawah 40 persen. Padahal, rata-rata tingkat kepatuhan nasional mencapai 50 persen.
Mengenai pernyataan Pandu, Amin mengatakan, jika ada satu daerah bersedia menerapkan kebijakan ketat sementara pada saat yang sama ada daerah yang belum terlalu ketat penerapannya, maka potensi penyebaran Covid-19 di daerah lain akan lebih besar.
"Ya tadi Pak Yuri (juru bicara pemerintah Achmad Yurianto) sudah melaporkan bahwa itu (penyebaran virus) dipengaruhi pergerakan manusia. Artinya dengan PSBB, DKI bisa dikurangi populasinya (penyebarannya) saat ini," kata dia.
"Tapi kalau yang di pinggir Jakarta tidak digarap dengan baik, kita khawatir akan terjadi rebound, second wave," ujar Amin.
Baca juga: Tambah 15, Jumlah Pasien Positif di RSD Covid-19 Wisma Atlet Kini 739 Orang
Oleh karena itu, Amin menambahkan, perlu ada upaya yang lebih ketat untuk menekan munculnya episentrum baru, terutama di sekitar wilayah yang telah menerapkan kebijakan PSBB yang ketat.
Sebab, jika nantinya PSBB dilonggarkan, dikhawatirkan justru akan menimbulkan persoalan baru di kemudian hari akibat pergerakan manusia yang terjadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.