Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagai Fakta Seputar Virus Corona, dari 'Panic Buying' hingga Temulawak

Kompas.com - 06/03/2020, 06:53 WIB
Dani Prabowo,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Virus corona atau Covid-19 yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, telah masuk ke Indonesia.

Presiden Joko Widodo mengatakan, dua orang telah terjangkit virus ini dan kini tengah menjalani isolasi di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara.

Keduanya diketahui memiliki hubungan keluarga. Pasien 1 yang berusia 31 tahun diduga terinfeksi saat menjadi host dalam sebuah acara di Kemang, Jakarta Selatan oleh seorang perempuan warga negara Jepang yang berdomisili di Malaysia. Keduanya tidak saling mengenal.

Baca juga: Sejumlah Pernyataan Pemerintah yang Dibantah Pasien Positif Corona...

Setelah informasi itu diumumkan, panic buying pun terjadi di tengah masyarakat. Sejumlah pusat perbelanjaan di Tanah Air diserbu oleh mereka yang hendak berbelanja barang kebutuhan pokok serta peralatan kesehatan lainnya.

Di sejumlah toko dan apotek, masker dan hand sanitizer, bahkan ludes diborong masyarakat. Fenomena panic buying ini mengakibatkan harga masker dan hand sanitizer meroket baik di pasar offline maupun online.

Masker, misalnya, yang biasa dijual satu kardus seharga Rp 30.000 hingga Rp 45.000, naik hingga kisaran Rp 350.000 sampai Rp 500.000. Bahkan, untuk tipe tertentu seperti N95, dijual hingga mencapai jutaan rupiah.

Baca juga: Pemerintah Diminta Lakukan 2 Hal Ini untuk Atasi Panic Buying

Sementara, harga hand sanitizer berukuran 50 ml yang biasanya sekitar Rp 10.000 naik hingga kisaran Rp 35.000 sampai Rp 50.000.

Tingginya permintaan atas kedua benda tersebut muncul karena diyakini keduanya dapat membantu menangkal virus corona masuk ke dalam tubuh. Namun, benarkah demikian?

Tak sampai di sana, berbagai anggapan lain pun muncul seiring dengan merebaknya virus ini. Berikut beberapa di antaranya:

1. Corona dianggap tak lebih bahaya dibandingkan flu musiman

Konsultan Virologi Rumah Sakit Universitas Indonesia, Fera Ibrahim menyatakan, dalam beberapa konteks, virus influenza justru lebih berbahaya dibandingkan virus corona.

Baca juga: Benarkah Flu Musiman Lebih Buruk Dibanding Virus Corona?

 

"Corona dan influenza memiliki versi yang berbeda, dari keluarga yang berbeda. Kalau dibilang virus corona lebih berat dari pada influenza, belum tentu juga," kata Fera dalam diskusi bertajuk Fakta Virus Corona dan Influenza di RSUI, Depok, Jawa Barat, pada 4 Februari lalu.

Ia mengatakan, corona memiliki varian virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang tidak terlalu berat seperti Covid-19. Sehingga, spektrum penyakitnya pun tidak selalu sama.

Namun, jika rasio kematian dijadikan parameter pembanding kedua virus, resiko kematian virus corona masih terbilang rendah, di angka 2,1 persen.

Sementara, rasio kematian penderita influenza berat berada di kisaran 9-11 persen, dengan 290.000-650.000 kematian dari 3-5 juta kasus influenza berat.

Baca juga: Dokter RSUI: Virus Corona Belum Tentu Lebih Berat daripada Influenza

Sementara itu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menilai, masyarakat seharusnya tidak perlu terlalu khawatir dengan virus ini. Sebab, menurut dia, angka kematian akibat flu musiman lebih tinggi dibandingkan Covid-19.

"Padahal, kita punya flu yang biasa terjadi pada kita, batuk pilek itu angka kematiannya lebih tinggi dari yang ini corona. Tapi, kenapa ini bisa hebohnya luar biasa?" kata Terawan di Kantor Kemenkes, Senin (2/3/2020) lalu.

Sementara itu, dilansir dari The Guardian, banyak pasien yang positif virus ini tidak merasakan gejala yang lebih buruk dibandingkan flu musiman. Namun, tingkat kematian akibat virus baru ini cukup tinggi.

Baca juga: Kemenkes: Cara Cegah Virus Corona Sama dengan Cegah Influenza

Seorang ekspert dari WHO yang memimpin misi internasional ke China, Bruce Aylward menyatakan bahwa belum ada bukti yang cukup untuk menjelaskan bahwa tingkat kematian virus ini tinggi.

Pada awal keberadaan virus ini menjadi wabah, tingkat kematian yang timbul akibat gejala ringan yang muncul belum terjawab. Namun, jika dilakukan pengujian lebih lanjut, diperkirakan bahwa tingkat kematiannya mencapai 1 persen.

Hal itu membuat Covid-19 sepuluh kali lebih mematikan daripada flu musiman, yang diperkirakan membunuh antara 290.000-650.000 orang per tahun.

2. Masker efektif cegah penularan virus

Orang sehat tak perlu pakai masker. Orang sakit lebih membutuhkan masker dibandingkan orang sehat.

Hal itu selalu ditegaskan Terawan dalam sejumlah kesempatan berbicara dengan awak media. Menurut dia, sesuai dengan standar WHO, mereka yang dalam kondisi sehat tidak perlu menggunakan masker.

"Kecuali dia melakukan tindakan-tindakan di rumah sakit dan sebagainya, sehingga dia memerlukan masker karena untuk menjaga sterilitas," kata Terawan di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (3/3/2020).

Baca juga: Sesuai Standar WHO, Menkes Tegaskan Orang Sehat Tak Perlu Masker

Salah satu metode penyebaran virus corona menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yaitu melalui kontak antara orang ke orang lainnya dalam radius 1,8 meter.

Pasien yang menderita Covid-19 menyebarkan partikel-partikel virus lewat droplets (dahak) yang ditransmisikan lewat batuk atau bersin. Partikel tersebut bisa masuk dalam tubuh lewat mulut atau hidung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Nasional
Adam Deni Dituntut 1 Tahun Penjara dalam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Ahmad Sahroni

Adam Deni Dituntut 1 Tahun Penjara dalam Kasus Dugaan Pencemaran Nama Baik Ahmad Sahroni

Nasional
Polri Ungkap Peran 2 WN Nigeria dalam Kasus Penipuan Berkedok 'E-mail' Bisnis

Polri Ungkap Peran 2 WN Nigeria dalam Kasus Penipuan Berkedok "E-mail" Bisnis

Nasional
Hakim MK Pertanyakan KTA Kuasa Hukum Demokrat yang Kedaluwarsa

Hakim MK Pertanyakan KTA Kuasa Hukum Demokrat yang Kedaluwarsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com